Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan kelapa sawit, PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) percaya diri kinerjanya hingga akhir tahun ini akan maksimal seiring terus tingginya harga minyak sawit dunia.
CEO Sampoerna Agro Budi Setiawan Halim menjelaskan harga pasar minyak sawit atau crude palm oil (CPO) terus menunjukkan tren naik pada kuartal III/2021 naik ke level 4.663 ringgit per ton atau meningkat 37 persen, setelah turun signifikan hingga di bawah level 3.400 ringgit pada akhir kuartal II/2021.
"Optimasi produksi akan terus kami upayakan. Melihat prospek harga yang masih menunjukkan tren kenaikan, kami optimis harga CPO pada kuartal IV masih akan berada pada level yang lebih tinggi baik secara kuartal ke kuartal maupun secara tahunan," jelasnya, Senin (1/11/2021).
Lebih lanjut, SGRO belum terlalu fokus menggarap pasar ekspor. Hal ini karena penjualan emiten berkode SGRO ini terserap hampir seluruhnya di pasar domestik.
"Terkait ekspor, secara spesifik kami tidak menutup berbagai kemungkinan, tergantung permintaan pasar saja. Kalaupun ada ekspor, nominalnya sedikit sekali kurang dari 5 persen," ungkapnya.
Pelonggaran lockdown di negara-negara konsumen minyak nabati seperti China dan kebijakan pengurangan pajak impor dari India memicu peningkatan permintaan komoditas sawit.
Baca Juga
Selain itu, jumlah pasokan masih terbatas akibat kekurangan panen di Malaysia, sebagai dampak dari lockdown yang berdampak pada rendahnya produktivitas.
“Pemerintah Indonesia secara konsisten mendukung pelaksanaan program mandatori biodiesel. Hal ini juga membantu menjaga stabilitas permintaan CPO dalam negeri, sehingga dapat menjadi katalis positif bagi harga CPO, bahkan hingga saat ini terus menguat hingga mencapai levelnya. Level tertinggi sepanjang masa,” katanya.
Sampoerna Agro menjual CPO dengan harga rata-rata Rp10.290 per kg pada 9 bulan 2021, 25 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Harga jual rata-rata inti sawit (PK) yang menjadi penyumbang penjualan terbesar kedua selama periode tersebut mencatatkan nilai yang lebih tinggi. Harga jual rata-rata PK pada 9 bulan 2021 adalah Rp6.521 per kg, atau naik 49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Volume penjualan CPO dan PK juga meningkat signifikan hingga kuartal III/2021, masing-masing sebesar 39 persen dan 38 persen lebih tinggi dari 9M20. Kedua produk utama ini memberikan kontribusi sebesar 95 persen dari pendapatan konsolidasi SGRO, yang mencapai Rp3,9 triliun pada kuartal III/2021 atau 73 persen lebih tinggi dari dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hingga akhir September, penjualan benih unggul DxP Sriwijaya mencatatkan peningkatan yang menggembirakan dibandingkan tahun lalu, naik 87 persen mencapai Rp107 miliar, terutama ditopang oleh volume penjualan yang melonjak 77 persen menjadi 12,7 juta benih.
Namun, anomali produksi masih terjadi pada kuartal III/2021. Total produksi Tandan Buah Segar (TBS), termasuk kontribusi eksternal, berjumlah 440.670 ton dalam tiga bulan, 7 persen lebih rendah dari kuartal sebelumnya.
Namun, dibandingkan tahun sebelumnya, total produksi TBS termasuk TBS yang dibeli dari pihak ketiga mencapai 1.409.800 ton selama 9 bulan 2021, 38 persen lebih tinggi dari 9 bulan 2020.
Peningkatan tersebut terutama ditopang oleh wilayah Sumatera yang melonjak 56 persen menjadi 904.033 ton. Sementara itu, wilayah Kalimantan berhasil mencatatkan peningkatan produksi TBS menjadi 505.768 ton atau naik 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.