Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melemah, Rupiah Malah Loyo

Rupiah melemah 36,5 poin atau 0,26 persen ke Rp14.112 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah 0,037 poin atau 0,04 persen 93,52.
Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melemah pada awal perdagangan Kamis (21/10/2021) di tengah pelemahan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (21/10/2021) pukul 09.30 WIB, rupiah melemah 36,5 poin atau 0,26 persen ke Rp14.112 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah 0,037 poin atau 0,04 persen 93,52.

Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan pergerakan rupiah hari ini akan didominasi oleh sentimen inflasi AS, terutama dari sisi harga komoditas global. 

“Kami perkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 - Rp14.150 di hari Kamis,” ungkap Josua kepada Bisnis pada Selasa (19/10/2021).

Sebelumnya rupiah sempat menguat usai penurunan yield treasury AS. Adapun, data Industrial Production Amerika Serikat tercatat sebesar turun 1,3 persen, di mana angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya turun 0,1 persen.

Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan dolar AS berpotensi bergerak turun hari ini di balik membaiknya sentimen aset berisiko karena investor fokus pada kenaikan harga komoditas serta potensi bank sentral global yang kemungkinan akan mulai menaikan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang terus tinggi.  

Pelemahan dolar AS juga dipicu oleh pasar yang mencerna pernyataan Gubernur Fed Randal Quarles yang mengatakan bahwa saat ini mungkin adalah waktu untuk The Fed untuk mulai memangkas program pembelian obligasi, namun masih terlalu dini untuk mulai menaikan suku bunga dalam menghadapi inflasi yang tinggi yang kemungkinan akan baru surut pada tahun depan.  

Sementara itu, dari pergerakan tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun telah memperlihatkan kinerja yang positif akhir-akhir ini yang dapat membatasi penguatan harga emas.

Tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun saat ini bergerak di atas level 1,6 persen, yang merupakan level tertinggi sejak pertengahan Maret, karena laporan earnings perusahaan yang optimis yang menopang sentimen ekonomi.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper