Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) menjadi pelopor pembentukan Perusahaan Efek Daerah (PED). Langkah ini diharapkan diikuti banyak perusahaan lainnya karena potensi bisnis yang menjanjikan.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai ke depan PED bisa dikembangkan, dengan memperbanyak instrumen efek di daerah, seperti obligasi daerah.
"Waktu itu ada Jabar dan DKI Jakarta [berencana terbitkan obligasi daerah]. Mungkin infrastruktur regulasi dan perundang-undangannya perlu diperjelas dulu," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (8/10/2021).
Menurutnya PED berpeluang besar untuk dikembangkan dan diikuti juga di daerah lain.
"Karena memang masyarakat masih kebanyakan belum terbiasa investasi, cuma sebatas nabung dan kecenderungannya memang bunganya rendah jadi banyak yang cari alternatif instrumen investasi. Jadi mulai dikenalkan dengan berbagai instrumen. Pemerintah sendiri suda ada ORI Obligasi ritel. Dengan PED ada kaki di daerah yang coba memperkenalkan investasi ke masyarakat di daerah," jelasnya.
David juga melihat perkembangan investor baru selama pandemi bertumbuh pesat. Menurutnya, ini menjadi kesempatan besar bagi PED jika muncul perusahaan ternama di daerah yang berniat melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Baca Juga
"Saya lihat pertumbuhannya banyak selama pandemi karena banyak kelebihan dana yang tidak terpakai yang mungkin biasanya untuk belanja atau wisata kan sekarang terkendala, dan kelihatan memang tumbuh ya pasar ritel kita dari tahun lalu, investor ritel di pasar modal naik hampir 2 juta orang dan kebanyakan investor milenial yang baru belajar. Ini peluang," kata dia.
Belum lagi banyak perusahaan luar yang masuk ke Indonesia, ada yang kerja sama atau akuisisi sekuritas yang sudah ada. Hambatannya hanya di literasi agar bisa digencarkan.
Lantaran banyak investor pemula, dan kemampuan masyarakat membeli lot saham masih minim bisa diberlakukan sistem bisnis Robin Hood seperti yang diterapkan di Amerika. Untuk 1 lot yang mahal, bisa dibeli secara patungan oleh beberapa investor sekaligus.
Adapun, instrumennya bisa bervariasi seperti reksa dana pasar uang, saham, obligasi ritel.
Kemudian, untuk sektor usaha, David menilai yang sedang menarik adalah perusahaan teknologi, digital, atau startup.
"Saya kira banyak perusahaan daerah yang diminati. Seperti kaitannya dengan teknologi. Ada yang kaitan dengan consumer goods, pertanian, perkebunan, logistik, packaging, perikanan ini lagi diminati dan bisa jadi peluang untuk didorong [IPO]," paparnya.
Kemudian dari sisi instrumen secara umum, PED ke depan bisa membantu menerbitkan obligasi daerah.
"Apalagi kalau masyarakat bangga jika bisa pegang surat utang atau obligasi yang diterbitkan oleh daerahnya. Atau ada project tertentu di daerah itu yang bisa dibiayai juga oleh obligasi daerah gitu juga akan jadi menarik," imbuhnya.
Selain itu, perusahaan yang sudah ternama di daerah juga bisa didorong IPO karena jika sudah terkenal bisa menarik perkembangannya untuk masyarakat di daerah.