Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya likuiditas investor menjadi salah satu pendorong tren positif imbal hasil atau yield pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia pada kuartal III/2021.
Melalui data dari laman World Government Bonds, tingkat imbal hasil SUN Indonesia seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,39 persen. Di mana dalam sepekan terakhir yield SUN terpantau turun 0,8 basis poin.
Sedangkan sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd), yield SUN Indonesia seri acuan 10 tahun telah turun 59,8 basis poin.
Adapun pada kuartal III/2021, yield SUN Indonesia seri acuan 10 tahun tercatat telah turun ke level 6,42 persen per 30 September 2021 dibandingkan dengan posisi akhir 30 Juni 2021 6,69 persen.
Sepanjang kuartal tiga ini, imbal hasil SUN Indonesia terendah tercatat pada 1 September 2021 yaitu sebesar 6,13 persen, dan tertinggi terjadi pada 5 Juli 2021 di angka 6,69 persen.
Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan mengungkapkan, penurunan yield SUN tersebut menunjukkan tren positif yang didorong oleh beberapa sentimen baik domestik maupun internasional.
Baca Juga
“Tren positif pada kuartal III/2021 ini terutama didorong oleh masih tingginya likuiditas investor serta berkurangnya tekanan supply penerbitan SBN seiring adanya Surat keputusan Bersama (SKB III) antara BI dan Kementerian Keuangan,” ungkap Ariawan saat dihubungi Bisnis, Rabu (6/10/2021).
Selain itu, dia mengungkapkan bahwa stabilnya nilai tukar rupiah juga menjadi sentimen positif bagi pasar.
Meski pada akhir kuartal III/2021 yield SUN terpantau sedikit mengalami peningkatan yang menurut Ariawan dikarenakan meningkatnya tekanan global. Mulai dari tekanan adanya kekhawatiran inflasi Amerika Serikat yang berlanjut, sinyal hawkish dari Bank Sentral AS, dan juga kekhawatiran terkait sektor properti di China.
Terlepas dari itu, Ariawan pun mengungkapkan bahwa secara umum, level yield SUN Indonesia di kuartal III/2021 masih lebih rendah dibandingkan dengan akhir kuartal II/2021.