Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,86 persen atau 54,63 poin ke level 6.288,04 pada perdagangan Selasa (5/10/2021).
Sebanyak 191 saham menguat, 331 saham merah, dan 136 saham stagnan. Kapitalisasi pasar Bursa parkir di posisi Rp7.740,49 triliun.
Investor asing mencatatkan aksi beli bersih di seluruh pasar senilai Rp1,58 triliun. Saham BBRI sekalipun melemah 1,01 persen masih diborong oleh investor asing dengan nilai pembelian Rp370,3 miliar.
Kemudian, menyusul saham BMRI yang diakumulasi asing Rp101,1 miliar. Saham BMRI juga terpantau melemah 0,77 persen.
Tak ketinggalan saham BBCA yang tergelincir 0,22 persen tercatat diborong asing Rp80,4 miliar.
Adapun saham-saham yang menekan pergerakan IHSG hari ini, diantaranya adalah TBIG yang turun 5,32 persen serta TOWR yang terkoreksi 4,21 persen. Di luar itu, saham batu bara juga ikut terkoreksi seperti PTBA ambles 1,73 persen dan ADRO jatuh 1,61 persen.
Di tengah pelemahan IHSG, terdapat saham-saham yang melejit signifikan, yakni PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (BIMA), PT FKS Food Sejahtera Tbk. dan PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG). Ketiga saham ini masing-masing melesat 34,55 persen, 12,50 persen dan 9,79 persen.
Baca Juga
Secara terpisah, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memfavoritkan saham perbankan untuk menjadi pilihan utama bagi investor sampai akhir tahun. Terutama saham-saham bank yang memiliki kapitalisasi pasar jumbo.
“Saya memilih saham berkapitalisasi besar dari sektor perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk. [BBCA] dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. [BBRI],” katanya kepada Bisnis pada Selasa (5/10/2021).
Untuk kedua emiten itu, Wawan menargetkan harga masing-masing sebesar Rp36.000 per saham dan juga Rp4.500 per saham.
Wawan menambahkan jika dia optimistis IHSG dapat melaju hingga menyentuh antara 6.500 sampai dengan 6.600. Menurutnya pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akan ikut mendorong pergerakan ekonomi dari sisi domestik.
“Pelonggaran PPKM, kenaikan harga komoditas energi dan juga peningkatan pendapatan emiten [dapat menjadi katalis positif],” katanya.
Sementara untuk katalis negatif, Wawan melihat yang dapat menghambat pertumbuhan IHSG bila terjadi gelombang Covid-19 berikutnya sehingga PPKM kembali diperketat. Adapun dari sisi global, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat juga dapat ikut menghambat.