Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Naik ke Level Tertinggi dalam Setahun, Terkerek Rencana Tapering AS

Dolar AS bernasib baik di tengah kebuntuan pembahasan plafon utang AS di Washington yang mengancam akan menjerumuskan pemerintah ke dalam penutupan administrasi.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (17/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (17/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melonjak ke level tertinggi satu tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (30/9/2021) pagi di Asia.

Rekor ini didorong oleh kenaikan ekspektasi pengurangan pembelian aset atau tapering Federal Reserve AS yang akan dimulai November dan kemungkinan kenaikan suku bunga mungkin pada akhir 2022.

Dolar AS bernasib baik di tengah kebuntuan pembahasan plafon utang AS di Washington yang mengancam akan menjerumuskan pemerintah ke dalam penutupan administrasi.

Mata uang cadangan terbesar di dunia, yang merupakan lindung nilai alternatif, menguat dalam beberapa hari terakhir karena investor mulai fokus pada kekhawatiran perlambatan global, kenaikan harga energi dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi.

Pedagang juga khawatir bahwa The Fed akan mulai menarik dukungan kebijakan saat pertumbuhan global melambat.

"Fed telah mengisyaratkan percepatan memulai normalisasi kebijakan moneter," Ahli Strategi Makro di Societe Generale Kit Juckes.

“Ketika AS lolos dari tingkat suku bunga kisaran nol, meninggalkan zona euro dan Jepang, kelebihan tabungan global akan ditarik ke arah dolar, yang dapat mengungguli sebagian besar mata uang lainnya di tahun mendatang, dan mungkin memulai pergerakannya lebih awal dari yang kami perkirakan," tambah Juckes.

Indeks dolar yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya naik untuk hari keempat berturut-turut, menjadi 94,435. Ini merupakan level tertinggi sejak akhir September tahun lalu. Indeks terakhir naik 0,7 persen pada 94,404.

Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York, memperkirakan kenaikan lebih lanjut sebesar 2,0 persen hingga 3,0 persen untuk indeks dolar.

Sementara itu, euro termasuk di antara mata uang yang melemah. Mata uang kawasan Eropa ini jatuh di bawah level US$1,16, terendah sejak akhir Juli 2020. Terakhir euro diperdagangkan turun 0,8 persen menjadi US$1,1592.

Yen menunjukkan sedikit reaksi terhadap terpilihnya Fumio Kishida sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang, yang menempatkannya di jalur untuk menjadi perdana menteri negara berikutnya.

Yen, mata uang yang paling sensitif terhadap imbal hasil AS karena suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik arus modal dari Jepang, menyentuh level terendah 18 bulan terhadap dolar yang bangkit kembali.

Dolar AS juga tercatat naik setinggi 112,04 yen, level terkuat sejak akhir Februari tahun lalu, dan terakhir naik 0,4 persen pada 111,99 yen.

Terhadap mata uang Perancis, dolar AS juga naik ke level tertinggi lebih dari lima bulan sebesar 0,9355 franc. Dolar terakhir naik cukup tinggi sebesar 0,7 persen pada 0,9351 franc.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper