Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Brent menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2018 pada perdagangan perdagangan Senin (2/9/2021), karena investor khawatir terhadap ketatnya pasokan di tengah meningkatnya permintaan di beberapa bagian dunia.
Dilansir Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November melonjak 1,44 poin atau 1,8 persen ke US$79,53 per barel, penguatan hari kelima berturut-turut.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November naik 1,47 poin atau 2,0 persen dan ditutup di US$75,45 per barel, tertinggi sejak Juli setelah naik selama lima pekan berturut-turut.
Goldman Sachs menaikkan perkiraan akhir tahun sebesar US$10 untuk minyak mentah Brent menjadi US$90 per barel. Pasokan global telah mengetat karena pemulihan cepat permintaan bahan bakar dari merebaknya varian Delta virus corona serta Badai Ida yang menghantam produksi AS.
“Meskipun kami telah lama mempertahankan pandangan bullish, defisit pasokan-permintaan global saat ini lebih besar dari yang kami harapkan, dengan pemulihan permintaan global dari dampak Delta bahkan lebih cepat dari perkiraan kami di atas konsensus dan dan dengan pasokan global masih kurang dari perkiraan di bawah konsensus kami,” kata Goldman.
Terperangkap oleh rebound permintaan, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka, yang dikenal sebagai OPEC+, mengalami kesulitan meningkatkan produksi karena kurangnya investasi atau penundaan pemeliharaan akibat pandemi.
Baca Juga
“Kenaikan harga minyak terus berlanjut melampaui apa yang sebagian besar pedagang perkirakan bullish dan diimpikan beberapa bulan lalu, dan Brent meluncur menuju ambang batas US$80 per barel mencerminkan pasar minyak mentah yang sangat ketat,” kata analis pasar minyak senior Rystad Energi Louise Dickson.
"Kendala pasokan AS akan terus memberikan sisi positif pada harga minyak, karena penghentian produksi terkait badai Ida masih akan memengaruhi pasokan AS pada kuartal pertama 2022,” lanjutnya.
Permintaan minyak global diperkirakan akan mencapai tingkat pra-pandemi pada awal tahun depan karena ekonomi pulih, meskipun kapasitas penyulingan cadangan dapat membebani prospek, kata produsen dan pedagang pada konferensi industri.
Presiden Hess Corp Greg Hill memperkirakan permintaan global meningkat menjadi 100 juta barel per hari pada akhir 2021 atau pada kuartal pertama 2022. Dunia mengonsumsi 99,7 juta barel per hari minyak pada 2019, menurut IEA, sebelum pandemi Covid-19 menghantam kegiatan ekonomi dan permintaan bahan bakar.