Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah tercatat melemah pada penutupan perdagangan Senin (20/9/2021) tertekan penguatan indeks dolar AS.
Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah 20 poin atau 0,14 persen ke Rp14.242 per dolar AS setelah sebelumnya sempat melemah hingga 40 poin. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,18 poin atau 0,19 persen ke level 93,37.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari faktor eksternal, penguatan dolar ke level tertinggi selama sebulan di Asia lantaran adanya ketegangan perdagangan dengan China.
Investor juga bersiap untuk keputusan Federal Reserve dalam mengambil langkah pengurangan pembelian aset pekan ini. Adapun, rapat The Fed berlangsung pada 21-22 September 2021.
“Dolar menguat ke level tertinggi karena bencana yang mengancam di pengembang berutang China Evergrande menambah ketegangan ekstra. Evergrande, dengan utang US$300 miliar, memiliki pembayaran bunga obligasi sebesar US$83,5 juta yang jatuh tempo pada Kamis dan mengatakan pada Minggu [19/9/2021] bahwa pihaknya mulai membayar beberapa investor dengan real estat, sehingga memicu penjualan di pengembang lain dan pemberi pinjamannya,” jelasnya dikutip dalam riset harian.
Selain itu, sejumlah bank sentral pekan ini juga mengadakan pertemuan, dengan fokus utama para trader adalah pada keputusan The Fed akan adanya ekspektasi untuk sinyal penurunan aset sehingga mempertahankan tawaran beli dolar.
Baca Juga
The Fed menyimpulkan akan tetap dengan rencana untuk pengetatan tahun ini, tetapi akan melakukan penundaan selama setidaknya satu bulan.
Di sisi lain, imbal hasil AS yang pada tenor 10 tahun naik untuk pekan keempat berturut-turut pada pekan lalu, menunjukkan risiko hawkish untuk kenaikan pada 2022, dapat mendukung dolar AS.
Terkait sentimen eksternal tersebut, Ibrahim memproyeksikan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.230 - Rp14.270 per dolar AS.