Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan digerakkan oleh sejumlah data ekonommi AS dan sentimen menjelang Federal Open Market Committtee (FOMC) yang dilaksanakan pada 21-22 September 2021.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menyebutkan, pelaku pasar akan menanti kejelasan mengenai jadwal pasti rencana Bank Sentral AS, The Fed untuk mengurangi stimulus pembelian aset obligasi atau tapering pada FOMC nanti.
“Jika dicermati pekan lalu, dolar AS terlihat bergerak naik turun. Jadi dampak menjelang FOMC ke rupiah adalah room bergerak di kisaran Rp14.200-Rp14.300. Kalaupun ada pelemahan, cenderung terbatas ke level Rp14.325 per dolar AS,” jelas dia kepada Bisnis, Senin (20/9/2021).
Josua menyebutkan, dolar AS menguat terhadap mata uang utama pada perdagangan Jumat lalu, didukung oleh penguatan proyeksi indeks keyakinan konsumen AS untuk September 2021. Salah satu indikator keyakinan konsumen AS, indeks sentimen konsumen Universitas Michigan diperkirakan naik menjadi 71,0 dari sebelumnya 70,3.
Rilis data ini berimplikasi pada kenaikan ekspektasi inflasi, sehingga indeks naik 0,28 persen ke level 93,195 pada penutupan Jumat waktu setempat. Kenaikan ekspektasi inflasi juga berimplikasi pada kenaikan yield obligasi pemerintah AS sebesar 2 basis poin ke level 1,36 persen.
“Sepanjang pekan lalu, dolar AS cenderung mengalami penguatan sejalan dengan membaiknya data perekonomian AS. Indeks dolar AS sepanjang pekan tercatat naik 0,66 persen,” terang dia.
Baca Juga
Sementara untuk rupiah, lanjutnya, juga tercatat menguat pada Jumat akibat rilis data penjualan ritel yang menguat pada hari sebelumnya. Meskipun rupiah cenderung menguat, namun mayoritas yield dari obligasi benchmark tercatat naik 1 basis poin.
Sepanjang pekan, yield obligasi benchmark tercatat tidak berubah pada level 6,14 persen. Volume perdagangan obligasi pemerintah RI secara rata-rata pada minggu lalu tercatat sebesar Rp17,60 triliun, lebih tinggi dibandingkan perdagangan minggu sebelumnya yang sebesar Rp14,90 triliun. Kepemilikan obligasi oleh asing naik ke level Rp978 triliun, atau 22,14 persen dari total keseluruhan per 16 September 2021.
Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan pelemahan 0,14 persen atau 20 poin ke Rp14.242,50 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,18 persen ke 93,37.
Hingga 14.32 WIB, rupiah cenderung tak banyak bergerak atau mendatar di level Rp14.246 per dolar AS. posisi tersebut mencerminkan pelemahan 0,17 persen dibandingkan posisi penutupan kemarin.
Sementaar itu, indeks dolar AS telah menguat 0,21 persen ke level 93,39.
Rupiah perlahan mulai bangkit tercermin dari pelemahan yang menipis yakni 0,11 persen ke level Rp14.237,5 per dolar AS.
Sementara indeks dolar AS menguat 0,15 persen ke level 93,34.
Rupiah masih bertahan di zona merah dengan pelemahan 0,25 persen atau 35 poin ke Rp14.257,50 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,15 persen ke 93,34.
Nilai tukar rupiah masih terdepresiasi 0,25 persen atau 35 poin ke Rp14.257,50 per dolar AS hingga 11.10 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,16 persen ke level 93,35.
Hingga 10.02 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,32 persen atau 45 poin ke level Rp14.267,50 per dolar AS.
Sementara itu, dolar AS menguat 0,15 persen ke posisi 93,34.
Rupiah dibuka melemah 0,26 persen atau 37,50 poin ke level Rp14.260 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,10 persen ke 93,29.