Bisnis.com, JAKARTA — Prospek saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) digadang-gadang masih cerah sejalan dengan pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi).
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai saham Bank Rakyat Indonesia (BRI) layak dikoleksi. Pembentukan holding BUMN UMi menjadi salah satu katalis.
Investor menurutnya tertarik akan kinerja fundamental ketiga perseroan yang memang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk. Setelah holding, biaya dana atau cost of fund akan bisa ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perusahaan kini menjadi satu ekosistem.
Dengan demikian, lanjutnya, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya.
"Investor melihat kinerja fundamental yang positif tersebut. Jadi saya pikir secara jangka panjang masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain," ujarnya dikutip dari Antara, Senin (6/9/2021).
Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berpendapat investor memiliki keyakinan terhadap prospek bisnis holding BUMN UMi di mana BRI berperan sebagai induk memperkuat ekosistem usaha UMi bersama Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Baca Juga
Langkah itu memberikan kepastian prospek bisnis jangka panjang kepada investor dan membuat saham BBRI semakin layak dikoleksi. Bahkan, harga saham BBRI menurutnya saat ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan potensi bisnis yang sangat besar.
"Bagaimana pun, kinerja historis dan prospeknya ini sangat besar dan lebih pasti. Holding Ultra Mikro pun akan menambah optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI lebih lanjut. Apalagi, harga saham Bank BRI saat ini masih dalam kondisi yang tergolong murah. Potensi peningkatan harganya juga sangat tinggi," jelasnya.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama BRI Sunarso menjabarkan potensi besar di pasar segmen usaha UMi nasional. Dari data yang dimiliki perseroan, jumlah usaha ultra mikro yang membutuhkan pendanaan tambahan mencapai 45 juta nasabah.
Dari jumlah itu, yang sudah tersentuh lembaga keuangan formal baru sekitar 15 juta nasabah. Rinciannya, bank sekitar 3 juta nasabah, gadai mencapai 3 juta nasabah, group lending 6 juta nasabah, BPR 1,5 juta nasabah, dan 1,5 juta nasabah dilayani fintech.
Adapun, sekitar 30 juta nasabah yang belum tersentuh jasa layanan keuangan formal, sekitar 5 juta diantaranya memanfaatkan rentenir. Sekitar 7 juta pinjam ke kerabat, dan sisanya 18 juta belum terlayani sama sekali.
Sebelumnya, BRI mempublikasikan prospektus pada Selasa (31/8). BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar saham baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I.
Harga pelaksanaan rights issue BBRI yakni Rp3.400 per lembar saham. Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021.
Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng. Nilai total PMHMETD I yang telah memperhitungkan inbreng serta eksekusi hak Pemegang Saham Publik adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp95,92 triliun.