Bisnis.com, JAKARTA – UOB Asset Management Indonesia menilai setelah penetapan burden sharing, penerbitan surat utang negara (SUN) di pasar regular akan berkurang.
Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Z Budiman mengatakan pasca penerbitan burden sharing, Bank Indonesia akan tetap membeli SUN. Menurutnya total penerbitan oleh pemerintah masih dalam jumlah realtif sama.
Selain itu jumlah penerbitan yang dilakukan melalui pasar regular akan berkurang. “Dengan asumsi permintaan masih relatif sama, kami melihat hal ini menjadikan hal yang positif terhadap pergerakan harga SUN,” katanya kepada Bisnis Rabu (25/8/2021).
UOB AM, lanjutnya, kini berfokus pada SUN yang sedang berjalan dengan tenor medium antara tiga sampai tujuh tahun. Pihaknya akan terus mencermati kondisi pasar sambil mengamati perkembangan kebijakan moneter The Fed.
Albert mengatakan saat ini tapering menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh semua pihak. Meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia jauh lebih baik bila dibandingkan pertama kali tapering terjadi pada 2013.
“Kepemilikan investor asing di SUN dalam posisi terendah mencapai 22 persen dan imbal hasil yang ditawarkan SUN adalah yang tertinggi dibandingkan dengan negara pada rating yang sama. Maka kami tidak terlalu khawatir terhadap resiko capital flight,” jelasnya.
Baca Juga
Albert menambahkan ada beberapa faktor yang dapat mendukung SUN untuk tetap menarik. Misalnya kondisi inflasi yang sangat terkendali, rupiah yang cenderung stabil, dan kondisi likuiditas pasar yang masih berlimpah.
“Kami melihat dalam jangka panjang masih ada peluang potensi inflows dari investor asing terutama jika kondisi covid dalam negeri makin terkendali dan kembali dibukanya kegiatan ekonomi,” pungkasnya.