Bisnis.com, JAKARTA - PT Summarecon Agung Tbk. masih memiliki stok properti yang akan disalurkan hingga akhir tahun setidaknya dengan nilai total Rp1,2 triliun, yang dapat dibeli dengan skema bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Hingga akhir semester I/2021, emiten dengan kode saham SMRA ini membukukan prapenjualan dari skema PPN nol persen senilai Rp600 miliar. Secara total, marketing sales Summarecon Agung mencapai Rp3 triliun per Juni 2021.
Direktur Utama Summarecon Agung Adrianto Adhi mengatakan potensi penjualan stok senilai Rp1,2 triliun itu sebagian besar berada di proyek Summarecon Serpong.
“Di tahap I kami membukukan [prapenjualan] sampai Rp600 miliar sudah terserap dari para konsumen yang memanfaatkan stimulus pemerintah. Untuk tahap II, stimulus hingga akhir tahun, kami masih ada potensi Rp1,2 triliun,” kata Adrianto dalam paparan publik, Selasa (24/8/2021).
Untuk mencapai target marketing sales senilai Rp4 triliun tahun ini, Adrianto mengungkapkan bakal ada beberapa produk baru yang diluncurkan di proyek township eksisting milik perseroan. Adapun, SMRA bakal fokus pada penjualan produk Rp1 miliar - Rp2 miliar untuk saat ini dalam rangka memanfaatkan stimulus PPN nol persen dari pemerintah tersebut.
Direktur Summarecon Agung Lydia Tjio menambahkan perseroan juga terus menggencarkan promosi lewat media digital. Adapun, peluncuran produk dari Summarecon Agung disebut sudah dilakukan secara virtual walaupun penjualan harian tetap menyediakan in-house marketing berupa show unit.
Baca Juga
“Kami sudah memanfaatkan digital marketing sejak 2020. Tapi konsumen yang ingin datang ke show unit masih kami akomodasikan tentunya dengan protokol kesehatan,” kata Lydia.
Adrianto mengingatkan bahwa penjualan properti tidak dapat dilakukan sepenuhnya secara virtual mengingat pembeli akan selalu ingin datang ke tempat yang berpotensi menjadi huniannya.
Dia memberi contoh ketika peluncuran Summarecon Bogor secara daring pada 2020, pembeli masuk lewat jalur digital sebanyak 30 persen - 40 persen. Sedangkan mayoritas 60 persen masih berasal dari pembeli yang datang langsung.
“Ini membuktikan urusan rumah itu mereka harus merasakan secara fisik,” kata Adrianto.