Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana pasar uang dinilai menjadi salah satu instrumen teraman bagi para investor di tengah volatilitas pasar yang masih cukup tinggi.
Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto memaparkan, dengan aset dasar deposito dan obligasi jangka pendek, umumnya return reksa dana pasar uang akan selalu positif.
Namun, tingkat returnnya akan mendekati bunga deposito yang saat ini mengalami tren penurunan mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
“Perubahan suku bunga atau gejolak di harga obligasi dapat berpengaruh terhadap porsi obligasi, namun relatif kecil kecuali ada yang gagal bayar,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (18/8/2021).
Ia menuturkan, karakteristik risiko yang rendah membuat banyak investor lebih memilih untuk masuk ke reksa dana pasar uang saat ini. Hal tersebut mengingat kondisi pasar yang masih cukup fluktuatif.
Menurutnya, reksa dana pasar uang dijadikan tempat penyimpanan modal yang bersifat sementara untuk para investor.
Baca Juga
Rudiyanto mengatakan ada beragam profil untuk investor reksa dana pasar uang, salah satunya adalah investor yang konservatif. Investor jenis ini menempatkan dana sementara sambil melihat perkembangan deposito.
Selain itu, ada pula investor dengan profil agresif yang juga sedang memarkirkan dananya di reksa dana pasar uang. Bedanya, investor jenis ini menunggu kesempatan untuk masuk ke reksa dana lain yang lebih sesuai dengan profil investasinya.
“Tren suku bunga rendah juga membuat ada perpindahan dari nasabah deposito bank ke jenis reksa dana ini,” tambahnya.
Sementara itu, Rudiyanto mengatakan pihaknya lebih mengutamakan likuiditas dan keamanan dalam meracik reksa dana pasar uangnya. Hal ini membuat Panin AM cenderung memilih bank BUKU 3 dan 4 sebagai aset dasar.
Untuk mengdongkrak return, pendekatan yang digunakan adalah investasi pada obligasi korporasi jangka pendek. Untuk saat ini, Panin AM menargetkan agar porsi obligasi antara 30 persen-40 persen agar dapat memberikan tingkat return yang lebih baik disamping likuiditas.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, nilai aktiva bersih (NAB) produk reksa dana pasar uang per akhir Juli 2021 tercatat sebesar Rp104,73 triliun, naik 3,51 persen dari posisi Januari 2021 lalu yang sebesar Rp101,17 triliun.
Reksa dana pasar uang juga menjadi instrumen dengan kinerja terbaik sepanjang tahun 2021. Data Infovesta Utama mencatat, pada periode 6 Agustus-13 Agustus lalu, reksa dana pasar uang terpantau menguat tipis 0,05 persen.
Sementara, secara year-to-date reksa dana pasar uang mencetak imbal hasil 2,20 persen, jauh diatas return reksa dana pendapatan tetap pada level 0,87 persen. Reksa dana saham dan campuran masih memiliki memiliki return negatif masing-masing -3,97 persen dan -0,09 persen.