Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Minus Tapi Laba Moncer, Ini Sumber Keuntungan NFC Indonesia (NFCX)

Total pendapatan NFCX per Juni 2021 mencapai Rp4,120 turun tipis dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan disebabkan oleh segmen agregator produk digital yang turun 3,5 persen yoy menjadi Rp4,0 triliun pada semester I/2021.
Suasana penawaran umum perdana saham PT NFC Indonesia Tbk di Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Suasana penawaran umum perdana saham PT NFC Indonesia Tbk di Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX) mencetak pendapatan minus 2,7 persen year-on-year (yoy) namun menghasilkan pertumbuhan laba hingga 850,73 persen.

Total pendapatan NFCX per Juni 2021 mencapai Rp4,120 turun tipis dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan disebabkan oleh segmen agregator produk digital yang turun 3,5 persen yoy menjadi Rp4,0 triliun pada semester I/2021.

Padahal dari sisi jumlah anggota mengalami pertumbuhan menjadi 154.000 dari 114.000 pada periode tahun sebelumnya. Selain itu, top line anak usaha Grup Kresna itu ditopang oleh kontribusi segmen cloud digital advertising yang tumbuh sebesar 62,7 persen yoy menjadi Rp79,4 miliar.

Pada periode ini, NFCX untuk pertama kali mendapatkan kontribusi dari segmen produk dan layanan clean energy, di bawah PT Energi Selalu Baru (ESB) yang resmi dikomersialkan pada Juni 2021. Dalam 1 bulan operasi, segmen itu mencatatkan pendapatan sebesar Rp1 miliar dan margin laba kotor 34,7 persen.

Adapun, laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk tumbuh 850,7 persen yoy menjadi Rp97,5 miliar. Namun hal tersebut bukan didorong oleh pendapatan bisnis utama tetapi dikontribusikan keuntungan investasi.

Pos tersebut berkontribusi hingga Rp160 miliar pada periode ini sedangkan pada tahun sebelumnya tidak ada sama sekali. Dalam laporan keuangan NFCX pada catatan 6, membeli saham PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) sebanyak 48 juta unit dengan nilai Rp 175,2 miliar dan PT Telefast Indonesia Tbk. sebanyak 50 juta unit dengan nilai Rp145 miliar.

Melalui keterangan resmi, Head of Investor Relation Jo Cheah Zuo mengatakan dalam beberapa kuartal ke depan pendapatan perseroan akan didorong oleh beberapa faktor. Pertama, ekspansi organik dari keanggotaan digital product aggregator.

Kedua, ekspansi basis pengguna sebagai hasil kemitraan dengan LINE. Ketiga, kemitraan baru yang memanfaatkan kemampuan teknologi NFCX. Keempat, pengembangan platform konten digital dan peluncuran produk berikutnya.

“Ekspansi lanjutan bisnis cloud advertising anak perusahaan DMMX dan komersialisasi bisnis electric vehicle secara progresif,” tulisnya dikutip Senin (9/8/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper