Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga batu bara acuan (HBA) diikuti oleh tren serupa pada kinerja saham emiten terkait pada Rabu (4/8/2021).
Harga batu bara acuan (HBA) kembali mencetak rekor baru, yakni menembus angka US$130,99 per ton pada Agustus 2021. Angka ini merupakan angka tertinggi dalam lebih dari 1 dekade terakhir.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, tingginya HBA Agustus dipengaruhi oleh terkereknya harga batu bara global akibat meningkatnya permintaan batu bara di China.
"Melambungnya harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut, sementara kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik negara tersebut," ujar Agung melalui keterangan tertulisnya, Rabu (4/8/2021).
Kenaikan harga menimbulkan dampak positif terhadap sejumlah emiten yang bergerak di sektor ini. Tercatat, mayoritas emiten sektor batu bara mengalami kenaikan harga hingga awal perdagangan sesi II pada pukul 13.58 WIB.
Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 1,02 persen ke Rp14.800 per saham, disusul PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan kenaikan 0,90 persen ke posisi Rp2.240.
Baca Juga
Menyusul di belakangnya adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang naik 0,65 persen ke Rp310.
Menyusul DOID, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turut menguat sebesar 0,37 persen ke posisi harga Rp1.355 per saham. Adapun PT Indika Energy Tbk (INDY) stagnan di level Rp1.365.
Di sisi lain, PT United Tractors Tbk. (UNTR) turtun 0,78 persen ke Rp19.000, Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga melemah 1,03 persen diikuti oleh PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan penurunan 6,48 persen.