Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan saham emiten di sektor batu bara masih berpotensi tertekan seiring dengan prospek penambahan produksi yang terjadi di China.
Analis Aldiracita Sekuritas Timothy Gracianov mengatakan, prospek saham batu bara di paruh kedua tahun ini masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga batu bara.
Ia menjelaskan, penguatan harga batubara masih terjadi di bulan Agustus seiring dengan ekspektasi permintaan memuncak pada musim panas tahun ini.
“Kenaikan permintaan ini terutama berasal dari listrik rumah tangga,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (4/8/2021).
Timothy memprediksi harga batu bara akan mulai melemah di bulan September memasuki musim semi. Pola pelemahan harga tersebut akan turut diikuti langkah China yang mulai memberlakukan relaksasi penambahan kapasitas produksi dan pembukaan lahan pertambangan baru di Inner Mongolia.
Sentimen tersebut akan meningkatkan produksi batu bara di China sehingga akan membuat harga jual sedikit terkoreksi. Sehingga, pergerakan saham emiten-emiten di sektor ini masih berpotensi sedikit tertekan.
Baca Juga
Sementara itu, Timothy merekomendasikan investor untuk mencermati saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengingat level harga saat ini yang masih terbilang rendah. Ia menetapkan target harga ITMG pada Rp17.500 hingga akhir tahun ini.
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) kembali mencetak rekor baru, yakni menembus angka US$130,99 per ton pada Agustus 2021. Angka ini merupakan angka tertinggi dalam lebih dari 1 dekade terakhir.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, tingginya HBA Agustus dipengaruhi oleh terkereknya harga batu bara global akibat meningkatnya permintaan batu bara di China.
"Melambungnya harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut, sementara kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik negara tersebut," ujar Agung melalui keterangan tertulisnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.