Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Naik Meski Saham BBCA, BBRI, BMRI Tertekan Aksi Jual Asing

Hingga pukul 15.00 WIB, IHSG terpantau menguat 0,44 persen atau 26,5 poin ke level 6.096,54. Sepanjang sesi indeks bergerak di rentang 6.048,1-6.112,83.
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona hijau pada akhir perdagangan sesi II, Senin (2/8/2021), meskipun sempat berfluktuasi.

Hingga pukul 15.00 WIB, IHSG terpantau menguat 0,44 persen atau 26,5 poin ke level 6.096,54. Sepanjang sesi indeks bergerak di rentang 6.048,1-6.112,83.

Terpantau  243 saham menguat, 262 saham melemah, dan 144 saham stagnan. Total transaksi jelang penutupan mencapai Rp13,11 triliun. 

Jelang akhir sesi II, investor asing mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp11,04 miliar di seluruh pasar. Investor asing paling banyak menjual saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan net sell sebesar Rp164,1 miliar.

Saham lainnya yang cenderung dijual investor asing ialah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan net sell Rp43,1 miliar, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rp41 miliar, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) Rp34,9 miliar.

Sementara itu, investor asing masuk ke saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy Rp113,2 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Rp88,8 miliar, PT Astra International Tbk. (ASII) Rp66,9 miliar, dan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Rp43,4 miliar.

IHSG berfluktuasi seiring dengan kontraksi Sektor manufaktur Indonesia pada bulan Juli di tengah peningkatan kasus Covid-19, yang menyebabkan PPKM Level 4 dan batasan yang lebih besar terhadap mobilitas penduduk. 

Efek dari kondisi ini berdampak dua kali lipat karena pemulihan ekonomi tertahan seiring dengan melambatnya permintaan, produksi, dan angka pekerjaan. Selain itu, kondisi ini juga memperparah rantai pasokan dan biaya untuk produsen.

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) Indonesia yang dirilis IHS Markit anjlok ke level 40,1 pada bulan Juli dari 53,5 pada bulan Juni. 

"Bacaan Juli menandakan kontraksi pertama untuk manufaktur Indonesia sektor dalam sembilan bulan, dengan tingkat penurunan tercepat sejak Juni 2020," ujar IHS Markit dalam laporannya, Senin (2/8/2021).

Output manufaktur dan pesanan baru menyusut paling cepat kecepatan sejak Mei 2020 menurut data terbaru, dengan demikian mengakhiri laju pertumbuhan delapan bulan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper