Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Aksi Ambil Untung, Harga Emas Melemah

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun tajam US$18,6 atau 1,01 persen dan ditutup pada US$1,817,20 per troy ounce.
Karyawan mengakses website pembelian emas logam mulia di Butik Antam, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk. pada hari perdagangan Selasa (8/9/2020) menurun dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan mengakses website pembelian emas logam mulia di Butik Antam, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk. pada hari perdagangan Selasa (8/9/2020) menurun dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas anjlok pada akhir perdagangan Jumat (30/7/2021), menyusul penguatan dolar AS yang memicu aksi ambil untung investor.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun tajam US$18,6 atau 1,01 persen dan ditutup pada US$1,817,20 per troy ounce.

Sehari sebelumnya, Kamis (29/7/2021), harga emas berjangka melambung US$1,2 atau 1,73 persen ke US$1.835,8 per troy ounce, penutupan tertinggi sejak 16 Juni.

Harga emas sempat mengalami reli singkat, didorong oleh jaminan Gubernur Federal Reserve (Fed) AS Jerome Powell bahwa kenaikan suku bunga tidak akan terjadi untuk saat ini.

Harga emas mencapai level tertinggi dalam dua minggu pada Kamis (29/7/2021) setelah Powell mengatakan pasar kerja AS masih memiliki beberapa alasan untuk dibahas sebelum The Fed menarik kembali dukungannya. Harga emas juga naik hampir 0,9 persen untuk minggu ini dan 2,6 persen untuk bulan ini.

Analis Pasar Senior RJO Futures Bob Haberkorn mengatakan data yang menunjukkan kenaikan inflasi inti pada kecepatan yang sedikit lebih lambat dari perkiraan bulan lalu, ditambah dengan dolar yang lebih kuat, telah membebani emas.

Emas secara tradisional dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

"Emas masih terlihat kuat pada level ini dan fakta bahwa The Fed tidak benar-benar mengatakan apa pun yang akan mengubah arah pembelian aset atau kenaikan suku bunga menambah kekuatan pasar," ungkap Haberkorn, Sabtu (31/7/2021), dilansir Antara.

Imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih rendah juga menurunkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,3 persen, mengurangi daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya.

Jeffrey Christian, Managing Partner CPM Group, memperkirakan emas akan menembus di bawah US$1.770 dolar AS selama bulan Agustus.

“Ada banyak investor emas dan perak non-tradisional yang membeli logam setelah lonjakan tahun lalu pada Agustus dan harga belum kembali ke level itu, jadi Anda memiliki banyak investor yang mengatakan 'ini tidak terjadi, saya akan memindahkan uang saya ke tempat lain,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper