Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan bisnis otomotif serta siklus super atau supercycle mendongkrak kinerja PT Astra International Tbk (ASII) pada semester I/2021.
Emiten otomotif ASII beserta sejumlah jajaran entitas anak mulai bangkit dari tekanan kinerja akibat hantaman pandemi Covid-19 yang tecermin dari realisasi kinerja semester I/2021. Grup Astra International merilis laporan kinerja keunagan semester I/2021 pada Kamis (29/7/2021).
Sinyal perbaikan kinerja terlihat apabila dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu atau ketika awal penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia. Astra International melaporkan pendapatan bersih Rp107,4 triliun per 30 Juni 2021 atau tumbuh 20 persen secara year on year (yoy).
Laporan Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro untuk periode semester I/2021 menunjukkan kondisi berbeda dari sebelumnya.
Djony mengungkapkan sebagian besar bisnis Grup Astra mengalami perbaikan pada paruh pertama tahun ini. Bisnis otomotif membaik signifikan dengan kenaikan penjualan mobil 50 persen dan sepeda motor 29 persen. Selain itu, Astra International juga diuntungkan dengan kenaikan harga sejumlah komoditas yang terkait dengan perseroan.
Selengkapnya baca di sini.
Lonjakan kasus harian Covid-19 diperkirakan dapat menjadi sentimen negatif jangka pendek untuk membatasi pergerakan harga saham emiten sektor perunggasan.
Hal itu tak lepas dari kekhawatiran akan terdampaknya kembali sektor horeka atau hotel, restoran, dan kafe sehingga konsumsi akan daging ayam melemah.
Meski begitu, saham emiten makanan agri PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) masih direkomendasikan sejumlah analis sebagai pilihan utama.
Selengkapnya baca di sini.
Grup Saratoga mampu membalikan posisi rugi bersih pada 30 Juni 2020 menjadi laba bersih Rp15,3 triliun per semester I/2021. Portofolio saham apa saja yang mendongkrak kinerja Saratoga Investama Sedaya?
Perjalanan Grup Saratoga sepanjang semester I/2021 berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu. Pasalnya, emiten berkode saham SRTG itu mampu membalikkan kerugian Rp2,1 triliun per 30 Juni 2020 menjadi laba bersih Rp15,3 triliun.
Selengkapnya baca di sini.
Setelah sekian lama digaungkan, investasi Tesla Inc. terkait industri kendaraan dan baterai listrik di Indonesia tak kunjung terealisasi. Di sisi lain, kabar investasi Tesla di negara lain terus berdatangan.
Indonesia bahkan berkali-kali harus melihat Tesla menjalin kesepakatan untuk berinvestasi di negara-negara lain sepanjang tahun ini.
Terbaru, kabar lain muncul dari negara tetangga yakni Australia. Pada Kamis (22/7/2021) lalu, perusahaan pertambangan Inggris-Australia yakni BHP menyampaikan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk menyediakan pasokan nikel untuk Tesla.
Selengkapnya baca di sini.
Setelah sekitar sebulan beredar kabar mengenai rencana perusahaan telekomunikasi asal Malaysia, Axiata Group Berhad, mencaplok saham PT Link Net Tbk., akhirnya rumor tersebut menjadi kenyataan.
Dalam keterbukaan informasi pada Jumat (30/7/2021), PT First Media Tbk. menyampaikan adanya kesepakatan mengenai aksi korporasi tersebut. Lalu bagaimana prospeknya ke depan?
Selengkapnya baca di sini.