Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Lemas Dikeroyok Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi

Nilai emas melemah sekitar 0,7 persen minggu ini setelah sempat bergerak menuju tertinggi satu bulan minggu lalu, karena kekhawatiran atas meningkatnya kasus varian Delta Covid-19 telah mereda, mendorong investor untuk keluar dari aset safe-haven saat selera risiko kembali.
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas lebih rendah pada akhir perdagangan Sabtu pagi (24/7/2021) waktu Jakarta, berbalik melemah dari kenaikan sehari sebelumnya karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dolar yang lebih kuat dan kenaikan di pasar ekuitas mengurangi daya tariknya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, jatuh US$3,6 atau 0,2 persen, menjadi ditutup pada US$1.801,80 per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (22/7/2021), emas berjangka naik US$2 atau 0,11 persen menjadi US$1.805,40.

Komoditas emas berjangka merosot US$8 atau 0,44 persen menjadi US$1.803,40 pada Rabu (21/7/2021), setelah terdongkrak US$2,2 atau 0,12 persen menjadi US$1.811,40 pada Selasa (20/7/2021), dan terpangkas US$5,8 atau 0,32 persen menjadi US$1.809,20 pada Senin (19/7/2021).

Nilai emas melemah sekitar 0,7 persen minggu ini setelah sempat bergerak menuju tertinggi satu bulan minggu lalu, karena kekhawatiran atas meningkatnya kasus varian Delta Covid-19 telah mereda, mendorong investor untuk keluar dari aset safe-haven saat selera risiko kembali.

"Pasar emas mencari pendorong fundamental baru dan sebenarnya tidak ada," kata Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals. Dia mencatat imbal hasil riil yang lebih lemah dan lonjakan kasus Covid-19 tidak cukup untuk menggerakkan harga emas lebih tinggi.

"Para pedagang teknikal menjadi lebih dominan karena kurangnya fundamental dan postur teknikal jangka pendek emas telah berubah negatif, mengundang beberapa pedagang untuk melakukan penjualan di pasar," tambah Wyckoff.

Tekanan yang menumpuk pada logam emas adalah indeks dolar yang lebih kuat yang bertahan dekat tertinggi 3,5 bulan dan imbal hasil obligasi pemerintah yang dijadikan acuan juga lebih kuat.

Imbal hasil yang lebih tinggi cenderung membebani emas, yang tidak membayar bunga karena diterjemahkan ke dalam peningkatan peluang kerugian memegang logam emas.

Fokus pasar sekarang beralih ke pertemuan Federal Reserve AS minggu depan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (22/7/2021) berjanji akan mempertahankan suku bunga pada rekor terendah untuk beberapa waktu.

"Harga emas telah menemukan dukungan yang baik dari pasar fisik, tetapi telah kesulitan untuk mendapatkan momentum karena posisi spekulatif tetap ringan," kata Suki Cooper, Analis di Standard Chartered.

Emas mendapatkan beberapa dukungan ketika perusahaan riset IHS Markit mengatakan pada Jumat (23/7/2021) bahwa indeks output komposit awal untuk Amerika Serikat turun ke level terendah empat bulan di 59,7 pada Juli dari 63,7 pada Juni, menunjukkan ekonomi AS yang mendingin.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 14,8 sen atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada US$25,233 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun US$29,2 atau 2,68 persen menjadi ditutup pada US$1,061,4 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper