Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat keuangan dan pasar modal menyebutkan kehadiran perusahaan unikorn di pasar modal Indonesia tidak besar menggenjot indeks.
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy mengungkapkan hal tersebut saat ditanya terkait dampak dari adanya beberapa perusahaan unicorn maupun decacorn yang akan melakukan aksi initial public offering atau IPO di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada semester II/2021.
“Pengaruh dari unicorn juga ada tapi kalau tidak disertai saham-saham big caps lainnya, tidak bakal signifikan,” ungkap Budi kepada Bisnis, Jumat (23/7/2021).
Menurut Budi, pada semester II/2021 pergerakan IHSG mungkin akan naik tetapi tidak besar juga dari akhir semester I/2021.
Budi pun menjelaskan, yang akan menjadi penyebab utama naiknya pergerakan IHSG adalah kenaikan harga saham-saham emiten berkapitalisasi pasar besar atau big caps.
Dia pun menilai saham-saham IPO unikorn tersebut akan menarik bagi investor ritel tetapi dimanfaatkan untuk kepentingan trading.
Baca Juga
“Investor ritel mungkin banyak yang tertarik beli tapi mereka menggunakannya untuk kepentingan trading dalam hitungan harian,” kata Budi.
Di sisi lain, Budi berpendapat bahwa investor asing tidak akan begitu tertarik dengan valuasi saham IPO unikorn yang begitu tinggi.
Menurutnya, salah satu alasan investor asing masuk dalam beberapa waktu belakangan ini adalah murahnya harga saham emiten-emiten big caps di Indonesia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun investor asing telah melakukan aksi beli bersih atau net buy sebanyak Rp18,74 triliun.
Tren kenaikan aksi beli ini juga dapat dilihat dari laporan mingguan BEI. Jika ditelusuri, pada periode perdagangan 5 - 9 Juli 2021, masih tercatat aksi jual bersih asing sebesar Rp537,07 miliar.
Lalu pada periode 12 - 16 Juli 2021, berbalik menjadi aksi beli bersih investor asing. Di mana BEI membukukan lonjakan net buy asing dalam sepekan sebanyak Rp1,89 triliun.
Kemudian berdasarkan data Bloomberg, dalam pekan ini investor asing tercatat melakukan net buy sebanyak Rp1,16 triliun.