Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah analis meyakini saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) masih layak dicermati menyusul performa positifnya pada paruh pertama tahun 2021
Pada paruh pertama tahun 2021, KRAS mencatatkan laba bersih sebesar Rp475 miliar. Jumlah tersebut meningkat 601,3 persen dibandingkan dengan perolehan laba bersih di periode yang sama pada tahun 2020 yaitu sebesar Rp67 miliar.
Sementara itu, EBITDA Krakatau Steel hingga Juni 2021 meningkat menjadi Rp1,2 triliun, atau naik hampir dua kali lipat melebihi realisasi di 2020 yang sebesar Rp687 miliar.
Nilai penjualan KRAS juga mengalami peningkatan sebesar 90,9 persen menjadi Rp15,3 triliun pada semester I/2021 dibandingkan dengan semester 1 tahun lalu sebesar Rp8 triliun.
Terkait hal tersebut, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan, kinerja cemerlang KRAS sepanjang paruh pertama tahun 2021 salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga baja dunia. Sentimen ini merupakan imbas dari masalah rantai pasokan baja global.
“Di masa pandemi, sejumlah negara telah menutup pabrik baja. Pabrik ini tidak bisa dengan cepat untuk diaktifkan kembali,” katanya saat dihubungi pada Rabu (21/7/2021).
Baca Juga
Frankie mengatakan, kinerja positif KRAS masih akan tetap berlanjut pada paruh kedua tahun 2021. Selain outlook harga baja yang diyakini tetap tinggi pada tahun ini, upaya restrukturisasi dan efisiensi yang dilakukan KRAS juga menjadi indikator positif untuk outlook performa perusahaan.
Ia memaparkan, upaya restrukturisasi dan efisiensi perusahaan telah membuahkan hasil positif yang tercermin pada kinerja tahunan 2020. Hal tersebut terlihat dari keberhasilan KRAS yang menorehkan laba bersih positif setelah bertahun-tahun mengalami rugi bersih.
Prospek efisiensi perusahaan juga kian didukung dengan langkah pembentukan subholding pada kawasan industrinya. Penggabungan beberapa anak perusahaan yaitu PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS) diyakini akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan baik untuk KRAS maupun anak-anak usahanya.
Frankie melanjutkan, lini bisnis kawasan industri juga diharapkan menaikan nilai untuk KRAS. Sehingga, KRAS sebagai perusahaan induk dapat fokus pada kinerja bisnis utamanya yaitu produsen baja, dan subholding yang telah dibentuk dapat fokus pada lini bisnisnya yaitu penyedia dan pengelola sarana infrastruktur pada kawasan industrinya.
“Jadi setiap anak perusahaan ini memiliki bidang bisnis masing-masing yang lebih fokus, sehingga pertumbuhannya dapat terukur dan semuanya bisa terintegrasi yang bakal menjadikan kawasan industrinya ini memiliki value yang tinggi kedepannya,” papar Frankie.
Seiring dengan sejumlah sentimen positif tersebut, Frankie meyakini peluang kenaikan harga saham KRAS pada tahun ini masih cukup terbuka. Apalagi KRAS tengah ditopang oleh berbagai sentimen baik yang ada di pasar, seperti kenaikan harga baja, kurangnya pasokan baja dunia, serta restrukturisasi dan efesiensi perusahaan.
“Untuk rekomendasi masih beli (buy) dengan target harga terdekat mungkin pada level Rp700,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Riset Praus Kapital Alfred Nainggolan mengatakan strategi restrukturisasi yang dijalankan KRAS akan berdampak pada kenaikan kinerja KRAS serta anak-anak usahanya.
Salah satu strategi KRAS, yakni pembentukan subholding juga dinilai merupakan langkah monetisasi aset yang sangat strategis. Pasalnya, subholding tersebut dapat membuka akses pendanaan yang lebih banyak untuk anak-anak usaha KRAS.
Alfred memproyeksikan KRAS dapat meraup laba bersih sekitar US$75 juta - US$80 juta pada akhir tahun ini.
Selain itu, Alfred menyematkan rating beli untuk saham KRAS dengan target harga di kisaran Rp800 per saham. Sementara itu, rasio price to equity (P/E) diperkirakan berada di level 15 kali.