Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dinilai menjadi langkah strategis yang menguntungkan perusahaan dan investor. Mengingat aksi ini merupakan bagian dalam penawaran obligasi wajib konversi (OWK)
OWK dinilai berpotensi membuat KAEF memperbesar jumlah saham beredarnya atau free float. Saat ini, publik mengendalikan 9,97 persen saham BUMN farmasi tersebut.
Direktur Keuangan Kimia Farma Lina Sari mengungkapkan rencana penerbitan OWK KAEF ini dapat menguntungkan investor dan perseroan.
"KAEF menerbitkan OWK agar investor memiliki investment horizon yang lebih panjang dengan demikian diharapkan pada saat dilakukan konversi, harga konversi akan lebih optimal," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (13/7/2021).
Selain itu, dampak yang akan diperoleh KAEF tentunya struktur leverage perseroan akan lebih bagus. Artinya akan ada penurunan leverage sekaligus penurunan beban bunga.
Hal ini lantaran pemegang OWK yang tidak langsung mengkonversi obligasinya menjadi saham membuat perseroan tidak terbebani kewajiban membayar bunga obligasi secara berkala. Salah satu syarat OWK adalah kupon bunga yang rendah atau tidak ada kupon sama sekali.
Baca Juga
Saat dikonfirmasi, apakah besaran dana rights issue yang diincar perseroan bisa mencapai Rp6 triliun, Lina menyebut besaran tersebut merupakan dana maksimal yang dapat diraup.
"Itu baru ancer-ancer saja, maksimal ya, tapi tergantung kondisi nantinya," imbuhnya.
Dia juga menyebut Bio Farma sebagai pemegang saham pengendali belum memberikan komitmen untuk mengambil rights issue OWK.
Ini artinya, Bio Farma siap terdilusi jika tidak mengambil jatah HMETD-nya. Kendati tidak mengambil HMETD, Bio Farma tetap akan menjadi pemegang saham mayoritas.
Saat ini kepemilikan Bio Farma mencapai 90 persen dalam KAEF. Jika induk usaha farmasi BUMN ini tidak melaksanakan rights issue OWK, maka presentase kepemilikan sahamnya akan terdilusi 33,35 persen menjadi 56,65 persen.
Adapun, OWK nantinya akan dikonversi menjadi sebanyak-banyaknya 2.779.397.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100 per saham.
“OWK tersebut ditawarkan melalui mekanisme PUT I,” tulis manajemen Kimia Farma dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (13/7/2021).
Untuk aksi korporasi ini, KAEF akan meminta restu dari pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 Juli 2021.
KAEF menjelaskan dana yang dihimpun dalam rights issue ini akan digunakan untuk memenuhi pembayaran pinjaman yang jatuh tempo dan modal kerja serta pengembangan usaha dalam rangka transformasi digital.
Pada Agustus 2020, KAEF meluncurkan aplikasi Kimia Farma Mobile yang memungkinkan pelanggan untuk dapat memperoleh layanan kesehatan hanya dengan menggunakan gadget.
Di internal, KAEF berencana melakukan digitalisasi agar industri farmasi bisa menghemat biaya operasional.
“Perseroan saat ini berupaya memperkuat sisi operasionalnya dengan melakukan transformasi digital agar proses dari hulu ke hilir, dari pabrik, distribusi, dan ritel farmasi akan terhubung semua dalam sistem teknologi informasi,” tulis KAEF.
Saat ini KAEF memiliki beberapa pabrik yang memproduksi bahan baku obat, obat jadi, obat herbal, kina, yodium serta produk-produk turunannya, minyak nabati dan kosmetik.
Segmen manufaktur dijalankan oleh entitas induk dan juga entitas anak dan didukung oleh riset dan pengembangan, Distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.
Secara umum, produk yang dihasilkan perseroan terbagi dalam 6 lini produksi yaitu etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi, dan bahan baku.