Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah tren penyusutan dana kelolaan secara industri, PT Trimegah Asset Management menorehkan pertumbuhan asset under management (AUM) yang moncer sepanjang semester I/2021.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir paruh pertama tahun ini akumulasi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana secara industri adalah Rp536,11 triliun.
Jumlah tersebut terpantau turun 6,53 persen dibandingkan NAB per akhir Desember 2020 lalu yang sebesar Rp573,54 triliun.
Sebagai catatan, total dana kelolaan yang dihitung adalah hanya untuk produk-produk reksa dana termasuk reksa dana berdenominasi dolar yang telah dikonversi nilainya ke dalam rupiah. Namun angka tersebut tidak termasuk dana kelolaan produk investasi alternatif.
Meski tren secara industri masih negatif, sejumlah manajer investasi masih mampu membukukan pertumbuhan positif sepanjang tahun berjalan, salah satunya adalah PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM).
Di antara daftar 10 manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar reksa dana di Indonesia per akhir semester I/2021, nama Trimegah AM menyeruak naik dan menjadi pendatang baru dalam daftar tersebut.
Baca Juga
Trimegah AM berhasil mencatat AUM sebesar Rp23,67 triliun per akhir Juni 2021, tumbuh signifikan 34,41 persen dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar Rp17,61 persen, sekaligus menjadi salah satu MI dengan pertumbuhan AUM tertinggi dalam periode tersebut.
Direktur Utama PT Trimegah Asset Management (Trimegah AM) Antony Dirga mengatakan pertumbuhan AUM mereka melampaui target dana kelolaan mereka tahun ini yang dipatok di level Rp21 triliun.
Menurutnya, salah satu penopang pertumbuhan AUM mereka adalah dari kehadiran investor baru yang signifikan. Tercatat, sepanjang semester I/2021 Trimegah AM berhasil mencatat pertambahan investor lebih dari 30 persen.
Antony mengatakan pencapaian perseroan yang mampu mencetak pertumbuhan dua digit di paruh pertama tahun ini di luar perkiraan mengingat dinamika industri reksa dana tahun ini yang menurutnya penuh tantangan.
Dia menuturkan, di awal tahun kalangan manajer investasi optimistis industri reksa dana dapat tumbuh sekitar 10—15 persen, pulih dari pertumbuhan stagnan selama dua tahun terakhir. Namun, ternyata realisasi yang terjadi jauh berbeda.
“Dengan pertumbuhan AUM industri yang masih negatif selama year to date. [Pencapaian] ini di luar ekspektasi kami,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Lebih lanjut, dia memperkirakan dinamika yang dialami industri reksa dana masih bakal berlanjut hingga akhir tahun, salah satunya karena kondisi pandemi yang juga masih belum mereda.
Selain itu, ujarnya, industri investasi kolektif juga masih belum lepas dari bayang-bayang sejumlah kasus investasi yang menyeret beberapa nama di industri reksa dana.
“Jadi industri kita kelihatannya akan terus penuh tantangan hingga akhir tahun,” kata Antony.
Di sisi lain, dia juga mengaku masih optimistis dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Trimegah AM memasang target IHSG di level 6700-6800 hingga akhir tahun dan target yield SBN di level 6 persen.
“Oleh karena itu, produk-produk yang kami tawarkan di semester II adalah reksadana yang lebih agresif seperti saham, campuran dan juga pendapatan tetap,” katanya,
Dia mengatakan di sisa tahun ini Trimegah AM akan berupaya menjaga pertumbuhan dana kelolaan mereka dengan terus konsisten menawarkan solusi investasi untuk nasabah baik institusi maupun retail.
“Kami percaya pada proses, ketekunan, loyalitas, trust, dan partnership. Nilai-nilai inilah yang terus kami coba deliver dalam service untuk nasabah kami, selain tentunya performance produk yang baik,” pungkas Antony.