Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Amerika Serikat dibuka menguat pada akhir pekan mengikuti pasar saham Eropa, seiring dengan rencana China yang tengah mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan pemulihan ekonominya.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (9/7/2021), indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 0,63 persen ke level 34.638,83, sementara S&P 500 naik 0,49 persen ke posisi 4.342,13, sedangkan Nasdaq bertambah 0,19 persen ke 14.587,82.
S&P 500 dan Dow Jones langsung membuka perdagangan pada zona hijau, sedangkan Nasdaq 100 sedikit berfluktuasi setelah Presiden Joe Biden membidik perusahaan teknologi dengan mendorong regulator untuk mempromosikan lebih banyak persaingan.
Adapun indeks Stoxx Europe 600 menguat, dengan semua sektor saham di zona hijau. Dolar melemah terhadap mata uang utama dunia yang lain.
JP Morgan Asset Management, BlackRock Inc, dan Morgan Stanley Wealth Management termasuk di antara manajer keuangan yang bertaruh pertumbuhan global masih berada pada jalurnya. Musim laporan pendapatan emiten kuartal kedua yang dimulai pekan depan akan meningkatkan kepercayaan tersebut.
Di global, Bank Sentral China memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan sebagian besar bank sebagai cadangan, sementara Bank Sentral Eropa pada Kamis (8/7/2021) mengindikasikan akan menoleransi inflasi yang melampaui batas. Hal ini menyiratkan periode kebijakan moneter longgar yang lebih lama.
Baca Juga
"Setiap penurunan harga aset berisiko kemungkinan akan terbatas dan berumur pendek, setidaknya jika varian Covid-19 delta tidak sepenuhnya menggagalkan pemulihan," tulis ahli strategi Credit Agricole COB yang dipimpin oleh Jean-François Paren dalam pernyataan resmi.
Pada bagian lain, ketegangan antara AS dan China terus menggelembung. Washington menambahkan sejumlah perusahaan China ke daftar hitam ekonominya atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan pengawasan teknologi tinggi di Xinjiang.
“Prospek ekonomi positif, terutama prospek pendapatan, pemerintah AS siap untuk mengkompensasi penundaan pembukaan kembali dan bank sentral akan tetap sangat dovish, menyiratkan banyak likuiditas untuk membeli efek jika ada penurunan,” kata Jean-François Paren.