Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Riset Bank Mandiri, Ekspor CPO Masih Berpotensi Meningkat Semester II/2021

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan peningkatan permintaan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan sebagai efek dari revisi aturan terkait CPO di India dan Indonesia.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Mandiri memperkirakan ekspor komoditas crude palm oil (CPO) masih berpotensi meningkat pada semester II/2021.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan peningkatan permintaan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan sebagai efek dari revisi aturan terkait CPO di India dan Indonesia.

India belakangan ini menurunkan tarif impor CPO dari 35,75 persen menjadi 30,25 persen yang berlaku efektif pada 30 Juni hingga 30 September 2021. Penurunan tarif impor tersebut akan dinilai mendorong permintaan CPO dari India.

Pemerintah Indonesia pun merevisi tarif pungutan ekspor CPO Indonesia yang berlaku efektif sejak 2 Juli 2021. Dalam peraturan terbaru tersebut, pemerintah menetapkan tarif pungutan ekspor CPO sebesar US$55 per ton jika harga CPO di bawah US$750 per ton.

Selanjutnya, tarif pungutan ekspor CPO akan meningkat sebesar US$20 per ton setiap kenaikan harga CPO sebesar US$50 per ton. Tarif pungutan akan mencapai level maksimal yaitu sebesar US$175 per ton jika harga CPO berada di atas level US$1,000 per ton.

“Kami menilai kebijakan India dan Indonesia tersebut dapat mendorong permintaan CPO Indonesia dan menjaganya di level harga yang relatif tinggi,” katanya dalam siaran pers, Kamis (8/7/2021).

Namun, menurutnya peningkatan produksi CPO pada Semester II/2021 berisiko menekan harga CPO ke depannya.

Dia memperkirakan rata-rata harga CPO pada 2021 sebesar US$ 840 per ton. Sementara, Bloomberg consensus memperkirakan rata-rata harga CPO pada 2021 sebesar US$934 per ton, lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu yang sebesar US$890 per ton.

Adapun pada Mei 2021, (BPS), volume ekspor CPO Indonesia tercatat mencapai 2,2 juta ton, atau tumbuh 22,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 8,2 persen secara bulanan (month-to-month/mom).

Secara kumulatif, volume ekspor CPO Indonesia pada Januari – Mei 2021 mencapai 10,4 juta ton, atau tumbuh 7,4 persen yoy.

Berdasarkan negara tujuannya, China masih menjadi negara tujuan utama dengan pangsa pasar sebesar 16,2 persen. Sebaliknya, ekspor CPO ke India dan Uni Eropa terkontraksi masing-masing sebesar -36,5 persen yoy dan -29,5 persen pada periode yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper