Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan penggalangan dana di pasar modal masih akan tumbuh pada 2021, bahkan berpotensi menyentuh Rp180 triliun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menilai di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di Indonesia, stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga.
Wimboh mengatakan sejumlah indikator ekonomi terpantau membaik, salah satunya di pasar modal yang mana indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berhasil menguat 0,73 persen secara year to date ke level 6.023,01 per 2 Juli 2021.
“Memang tidak sebesar di awal tahun yang bisa menyentuh 6.300an. Tapi ini masih menguat 0,73 persen dan pada Juni juga ada net buy asing sebesar Rp4,87 triliun. Jadi di pasar modal kelihatannya volatilitasnya masih terjaga,” papar Wimboh dalam acara Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook yang digelar secara virtual, Selasa (6/7/2021).
OJK juga mencatat penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp67,8 triliun per 29 Juni 2021, antara lain berasal dari aksi penawaran umum saham perdana (IPO) 20 perusahaan baru dan sejumlah penawaran umum berkelanjutan efek bersifat surat utang dan sukuk (PUB EBUS).
Di sisi lain, jumlah investor pasar modal juga terpantau terus mengalami peningkatan. Per akhir Mei 2021, jumlah investor pasar modal mencapai 5,37 juta investor atau naik sekitar 96 persen secara year on year.
Baca Juga
Wimboh menilai realisasi tersebut sebagai indikator positif dari pasar modal, apalagi dari jumlah tersebut investor ritel berusia di bawah 30 tahun mendominasi jumlah investor pasar modal dalam negeri.
“Ruang konsumsi yang makin kecil membuat uang milenial tidak hanya disimpan di bank, tetapi juga dicoba dimasukkan di pasar modal. Ini adalah satu fenomena yang bagus,” imbuh Wimboh.
Lebih lanjut, dia memperkirakan penggalangan dana di pasar modal dapat terus bertumbuh hingga akhir tahun bahkan hingga Rp180 triliun. Salah satunya ditopang oleh sejumlah rencana penggalangan dana yang sudah ada dalam pipeline bursa.
“Ini berdasarkan tadi apa yang sudah dicapai tadi dan yang di dalam pipeline sehingga kami perkirakan range-nya antara Rp150-Rp180 triliun,” pungkas Wimboh.