Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mampu Ubah Rugi Jadi Untung, Ini Rekomendasi Saham Salim Ivomas (SIMP)

Meski harga CPO masih dalam tren penurunan, tetapi kinerja PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) diyakini tetap mengkilap. Bagaimana rekomendasi sahamnya?
Beberapa produk besutan PT Salim Ivomas Pratama Tbk./Istimewa
Beberapa produk besutan PT Salim Ivomas Pratama Tbk./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Tren penurunan harga CPO pada tahun ini, diprediksi tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap prospek kinerja PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP).

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada meyakini tren positif kinerja SIMP pada kuartal I/2021, akan berlanjut sepanjang tahun ini. Hal tersebut terjadi di tengah penurunan harga CPO. Dia memaparkan sentimen pendukung terjaganya kinerja SIMP terletak pada siklus bisnis Grup Salim yang sangat mendukung emiten yang bernaung di bawahnya.

Reza menjelaskan kenaikan kinerja SIMP ditopang oleh penjualan kepada pihak afiliasinya. Produk sawit dari PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) mayoritas akan dijual ke SIMP, yang kemudian mengolahnya menjadi beragam produk.

Produk olahan SIMP seperti minyak goreng Bimoli, kemudian dijual lagi ke emiten Grup Salim lainnya yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), untuk kemudian dipasarkan oleh PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET), yang merupakan pengelola jaringan ritel konglomerasi tersebut.

“Dari siklus tersebut sangat terlihat bahwa bisnis end-to-end Grup Salim saling mendukung, terutama bisnis konsumernya yang banyak menopang lini sawit dan produk olahannya,” paparnya kepada Bisnis, Minggu (4/7/2021).

Seiring dengan hal tersebut, Reza mengatakan tren penurunan harga CPO tidak akan terlalu berdampak terhadap kinerja SIMP. Hal tersebut karena pergerakan harga CPO di pasar mengandung unsur spekulasi, baik di pasar spot ataupun pasar berjangka.

Sementara itu, transaksi SIMP di lapangan ditopang oleh adanya volume penjualan yang diprediksi tetap tinggi sepanjang 2021. Dia pun menyematkan rekomendasi buy untuk SIMP, mengingat potensi penjualan yang dapat kembali bertumbuh pada tahun ini.

“Potensinya masih cukup baik, untuk target harganya tahun ini, berada di kisaran Rp520,” sebut Reza.

Hal serupa diungkapkan Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio. Menurutnya, dengan siklus bisnis yang sangat kondusif pada lingkungan emiten Grup Salim, kinerja SIMP diyakini tetap optimal sepanjang tahun ini.

“Sejak Mei 2021, harga CPO memang terkoreksi dalam. Tapi, sepertinya baik LSIP maupun SIMP tetap mampu menjaga kinerja pada kuartal berikutnya meski dibayangi sentimen ini,” ujar Frankie.

Tak dipungkiri, harga CPO yang terkoreksi memang menimbulkan risiko menurunnya penjualan sawit dari LSIP ke SIMP. Kendati demikian, koreksi harga tersebut dapat mempertebal margin SIMP seiring dengan turunnya harga produk-produk turunan sawit, terutama minyak goreng.

Dia melanjutkan imbas penurunan harga CPO juga telah terlihat dari terkoreksinya harga saham SIMP. Di sisi lain, hal ini menjadi kesempatan bagi para investor untuk mengoleksi sahamnya mengingat potensi kenaikan harga yang cukup tinggi.

“Untuk SIMP, rekomendasinya masih beli (buy) dengan target harga terdekat di Rp500. Dengan harga saat ini yang masih berada di kisaran Rp400, investor dapat membeli saham SIMP dengan harga yang ekonomis,” sambung Frankie.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, SIMP membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp106 miliar pada kuartal I/2021. Perolehan itu berbanding terbalik dengan rugi tahun berjalan sebesar Rp52 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

SIMP juga mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,69 triliun pada kuartal I/2021, naik 42 persen dibandingkan dengan Rp3,3 triliun pada kuartal I/2020. Pendapatan tersebut terdiri atas 87 persen penjualan produk minyak dan lemak nabati (EOF) dan 13 persen penjualan produk perkebunan.
 
Manajemen SIMP menjelaskan kenaikan pendapatan didukung oleh kenaikan harga jual rata-rata dari produk sawit serta produk minyak dan lemak nabati, yang juga diiringi peningkatan volume penjualan produk minyak lemak nabati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper