Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Hasan Zein turut mengomentari kinerja emiten perkebunan sawit, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP)
Hasan mengatakan, dirinya memiliki saham LSIP dalam portofolionya. Hasan mulai membeli saham LSIP sekitar bulan Februari – Maret 2021. Kala itu, harga sama emiten grup Salim tersebut berada di atas Rp1.300.
Ia melanjutkan, setelah harga saham LSIP turun, dirinya terus melakukan average down hingga pada level Rp995. Rata-rata harga beli Hasan pada saham LSIP adalah Rp1.250 per saham, mengalami unrealized loss sekitar 25 persen jika dihitung menggunakan harga penutupan Rabu (30/6/2021) lalu.
Meski demikian, dirinya masih meyakini potensi saham LSIP. Menurutnya, ia tidak menjadikan proyeksi harga saham sebagai salah satu pertimbangan untuk masuk pada sebuah emiten.
“Boleh jadi lebih parah dari unrealized loss BPJS untuk saham LSIP. Cut loss? Tentu tidak, sebagai investor yang berpegang pada fundamental, saya membeli prospek perusahaan,” katanya pada Kamis (1/7/2021).
Keyakinan Hasan terhadap saham LSIP juga berbuah manis. Dalam laporan keuangan perusahaan pada kuartal I/2021, laba periode berjalan LSIP naik 267 persen dari Rp81 miliar menjadi Rp297 miliar. Selain itu, laba per saham kuartalan juga naik dari Rp12 ke Rp44.
Baca Juga
Selanjutnya, dengan asumsi pay out ratio tetap seperti tahun sebelumnya, sekitar 40 persen, Hasan memperkirakan pemegang saham dapat memperoleh dividen Rp 40 per saham.
Ke depannya, Hasan memperkirakan prospek saham LSIP masih cukup baik. Ia memaparkan, dengan asumsi harga CPO tetap bertahan di atas 3.500 ringgit per ton hingga akhir tahun, kinerja bottom line LSIP akan naik lebih dari 100 persen hingga akhir 2021.
Selanjutnya, dengan ekspekstasi laba per saham Rp210 untuk tahun 2021, dan price to equity ratio (PER) kembali ke rata rata 8 – 9, maka peluang harga saham LSIP kembali ke rentang Rp1.600 - Rp1.900 masih terbuka
“Terserah pada tarik menarik bandar dan pihak pihak yang berkepentingan, yang mampu malakukan tarik-ulur harga saham,” ujarnya.
Sementara itu, data dari Bloomberg mencatat, sebanyak 8 dari 12 analis menyematkan rating beli (buy) untuk saham LSIP. Sementara 2 analis memasang peringkat outperfom, 1 analis menyematkan overweight, dan 1 analis merekomendasikan untuk hold.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.