Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah terpantau melemah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu (30/6/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia hari ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.542 per dolar AS, melemah 46 poin atau 0,31 persen dari posisi Selasa (29/8/2021) kemarin di level Rp14.496.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah diprediksi berfluktuasi dengan kecenderungan melanjutkan pelemahan pada perdagangan hari ini, Rabu (30/6/2021).
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya menjelaskan, hari ini mata uang Garuda kemungkinan akan bergerak pada kisaran Rp14.470-Rp14.520 per dolar AS.
Di luar negeri, mata uang dolar menguat seiring dengan kekhawatiran atas meningkatnya kasus Covid-19 di Asia, tetapi kenaikan minimal menjelang rilis data gaji tenaga kerja AS yang siap dirilis pekan ini.
“Investor juga mencerna data ketenagakerjaan AS yang dapat menentukan kapan bank sentral AS, The Fed, akan menarik langkah-langkah stimulusnya,” jelas dia, dikutip Rabu (30/6/2021).
Baca Juga
Sejumlah wilayah di Asia berjuang dengan penyebaran varian delta yang sangat menular dari virus Covid-19. Australia telah mengunci beberapa kota, Indonesia bergulat dengan rekor kasus tertinggi, Malaysia akan memperpanjang penguncian dan Thailand telah mengumumkan pembatasan baru.
Mengutip Antara, dolar AS menguat pada akhir perdagangan Selasa waktu AS dipicu oleh selera penghindaran risiko meningkat di pasar, mendorong permintaan untuk mata uang yang aman.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi US$1,1901 dari US$1,1923 di hari sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi US$1,3849 dari US$1,3877 di hari sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi US$0,7514 dari US$0,7565.
Dolar AS ditransaksikan pada 110,51 yen Jepang, lebih rendah dari 110,53 yen Jepang pada hari sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9210 franc Swiss dari 0,9197 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2392 dolar Kanada dari 1,2342 dolar Kanada.
Reaksi pasar di atas muncul karena para pedagang khawatir wabah virus corona baru akan menghambat pemulihan ekonomi global.