Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suspensi Dibuka BEI, Saham Anabatic (ATIC) Melesat Mentok ARA

Hingga pukul 11.02 WIB, saham ATIC melesat 24,86 persen atau 450 poin menjadi Rp2.260. Total frekuensi perdagangan 659 kali dan nilai transaksi Rp1,79 miliar.
Anabatic Digital Raya/Istimewa
Anabatic Digital Raya/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC) melesat ke level tertinggi sehingga mengalami auto reject atas (ARA) pada perdagagangan hari ini, setelah kemarin mengalami suspensi.

Hingga pukul 11.02 WIB, saham ATIC melesat 24,86 persen atau 450 poin menjadi Rp2.260. Total frekuensi perdagangan 659 kali dan nilai transaksi Rp1,79 miliar.

Kapitalisasi pasar ATIC mencapai Rp5,23 triliun. Sepanjang 2021, saham ATIC naik 293,04 persen, dan sepekan terakhir 143,01 persen. 

Sebagai informasi, PT Bursa Efek Indonesia membuka suspensi perdagangan saham PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC) pada Selasa (22/6/2021).

"Menunjuk Pengumuman Bursa No.: Peng-SPT-00095/BEI.WAS/06-2021 tanggal 18 Juni 2021, perihal Penghentian Sementara Perdagangan (Suspensi) Saham PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC), maka dengan ini diumumkan bahwa suspensi atas perdagangan saham ATIC di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dibuka kembali mulai perdagangan sesi I tanggal 22 Juni 2021," papar Bursa.

Manajemen PT Anabatic Technologies Tbk. buka suara mengenai perdagangan saham perseroan yang digembok alias disuspensi Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan pengumuman BEI, otoritas Bursa memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham emiten bersandi ATIC tersebut mulai Senin (21/6/2021) dalam rangka cooling down karena saham perseroan bergerak sangat agresif selama 4 sesi perdagangan terakhir.

President Director PT. Anabatic Technologies Tbk. Harry Surjanto mengatakan perseroan tidak mengetahui alasan dibalik pergerakan saham ATIC yang telah menguat hingga mneyentuh auto reject atas (ARA) sebesar 25 persen selama 4 sesi berturut-turut yakni sejak Selasa (15/6/2021) hingga Jumat (18/6/2021).

 “Perseroan juga belum memiliki rencana untuk major corporate action seperti akuisisi, merger dan lain sebagainya,” kata Harry dalam keterangan yang dikutip Bisnis, Senin (21/6/2021).

Namun, lanjut Harry, dia menyebut ATIC telah mengambil langkah strategis untuk masuk ke area teknologi finansial (fintech) mengingat perseroan memiliki basis penguasaan teknologi IT yang mendalam dan telah mendukung dunia perbankan dan finansial sejak awal berdiri.

“Dengan tujuan utama melakukan digitalisasi usaha di pedesaan dan memberikan akses nyata ke masyarakat yang belum terjamah dengan perbankan,” ujarnya.

Harry menuturkan, melalui PT. Emporia Digital Raya (EDR Group), ATIC terus berinovasi dan membangun bisnisnya di bidang fintech dan Exchange Digital Currency. Dalam hal ini Emporia memberikan sejumlah aplikasi yang dapat langsung dimanfaatkan masyarakat.

Berikut sejumlah aplikasi dan layanan baru terkait bidang fintech yang tengah dikembangkan ATIC.

IKI Mitra, merupakan aplikasi utama yang dibutuhkan Warung atau Toko atau Perseorangan yang menginginkan penghasilan tambahan dengan berjualan Produk-produk PPOB (Payment Point Online Banking).

Dengan mengintegrasikan pada layanan pembayaran secara digital serta mendukung program inklusi keuangan buat saudara-saudara yang hidup di pedesaan dan belum terjamah dengan sistem perbankan yang ada.

Meskipun baru 1 tahun diluncurkan untuk melayani para usahawan/usahawati kecil dan menengah, terbukti sudah lebih dari 25 ribu yang telah terdaftar.

Selain membantu program pemerintah dalam inklusi keuangan di area pedesaan dan masyarakat yang belum terjamah dengan bank, Emporia juga membantu masyarakat pedesaan yang salah satu keluarganya bekerja di luar negeri untuk mempermudah pengiriman uang kembali ke desa dengan biaya rendah.

Meskipun baru 1 tahun beroperasi dan baru beroperasi di 3 negara untuk melakukan service Pengiriman Uang (Remitansi), secara volume sudah mendekati Rp1 triliun per bulan.

PT Indonesia Digital Exchange dibentuk untuk membidik pasar aset kripto di Indonesia yang memiliki potensi sangat besar untuk berkembang. Ini ditunjukkan dengan masuknya para pengembang kripto seluruh dunia.

PT Indonesia Digital Exchange saat ini telah dipercaya sebagai Komite Aset Kripto Bursa ICDX dan menjadi salah satu pedagang aset kripto yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Besarnya potensi pasar aset kripto ini terbukti dari keseriusan pemerintah untuk membuat bursa khusus untuk aset kripto yang rencananya akan mulai beroperasi tahun ini juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper