Bisnis.com, JAKARTA — Kendati menawarkan kupon paling rendah sepanjang penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel, kalangan analis menilai daya tarik savings bond ritel (SBR) seri SBR010 masih kompetitif.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan bakal meluncurkan SBR010 sebagai SBN Ritel ketiga yang terbit tahun ini.
SBR010 memiliki tenor 2 tahun dan menawarkan kupon mengambang (floating with floor) sebesar 5,10 persen untuk periode 3 bulan pertama. Tingkat kupon akan disesuaikan setiap 3 bulan dengan tingkat kupon 5,10 persen berlaku sebagai tingkat kupon minimal (floor).
VP Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menilai suku bunga SBR010 sebesar 5,10 persen akan cukup menarik bagi investor-investor ritel saat ini. Hal tersebut disebabkan oleh selisih dari imbal hasil obligasi ini dengan suku bunga deposito yang semakin rendah.
Tercatat, selisih kupon dari SBR010 dengan rerata suku bunga deposito 24 bulan adalah sebesar 160 bps atau 1,60 persen, lebih tinggi bahkan bila dibandingkan dengan selisih kupon dua seri SBN Ritel sebelumnya, ORI019 sebesar 151bps dan SR014 sebesar 159bps.
“Hal ini kemudian diperlebar dengan tren menurunnya suku bunga deposito meskipun BI diproyeksikan tidak lagi menurunkan suku bunganya lagi. Oleh karena itu, SBR010 akan cenderung lebih atraktif dibandingkan dengan deposito,” tutur Josua kepada BIsnis, Jumat (18/6/2021).
Baca Juga
Selain itu, Josua menilai kondisi ini juga diperkuat oleh minat dari investor ritel di Indonesia yang diperkirakan mengarah kepada instrumen obligasi, akibat instrumen yang lebih berisiko seperti saham dan kripto masih didera volatilitas tinggi.
“Instrumen saham yang masih belum kembali ke level di awal tahun, sementara instrumen kripto tercatat masih mengalami pelemahan dalam 2 minggu terakhir,”
Untuk itu Josua memperkirakan potensi penyerapan dari SBR010 akan mampu berada di kisaran Rp2,5-3 triliun pada penjualan di akhir bulan ini. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan seri SBR sebelumnya yakni SBR009 yang terjual Rp2,25 triliun.
Senada, Head of Economic Research Pefindo Fikri C. Permana juga menyebut besaran spread dari kupon yang ditawarkan SBR010 memang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor, apalagi seri ini memiliki kupon mengambang dengan batas bawah (floating with floor).
“Jadi ketika suku bunga naik, dia bisa adjust, sedangkan kalau turun dia tetap karena ada floor-nya itu,” ujar Fikri kepada Bisnis, Jumat (18/6/2021)
Fikri juga menyebut status SBR010 yang merupakan SBN Ritel nontradable seharusnya tak memengaruhi minat investor secara signifikan karena selama ini mayoritas pemegang SBN Ritel cenderung memegang asetnya hingga jatuh tempo.
“Untuk seri-seri yang tradable memang ada juga yang trading tapi saya rasa nggak banyak trader di SBN,” pungkasnya.