Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah ditutup di zona merah pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (15/6/2021), tak bergeming setelah rilis data surplus neraca perdagangan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (15/6/2021), mata uang Garuda terdepresiasi 0,15 persen menjadi Rp14.225 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah turun 2,37 persen.
Rupiah terpantau tidak melemah sendirian. Won Korea turun 0,01 persen, peso Filipina melemah 0,28 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,11 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,14 persen menjadi 90.374.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan saat ini para pelaku pasar tengah mengarahkan fokus ke rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dari Federal Reserve yang diselenggarakan besok.
"Menjelang pernyataan Fed dan konferensi pers pada Rabu, pasar akan mengamati penjualan ritel AS dan data PPI Mei serta survei manufaktur NY Empire State karena pejabat Fed akan menggunakan angka-angka ini untuk memandu keputusan mereka," tulis Ibrahim dalam riset harian, Selasa (15/6/2021).
Baca Juga
Sementara itu, dari dalam negeri data surplus neraca perdagangan tak mampu mengangkat rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus bulan lalu lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$2,19 miliar.
"Kalau kita lihat pergerakan neraca perdagangan dari Januari hingga Mei 2021, maka kita lihat surplus Mei ini tertinggi sejak 2021," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam sesi live streaming di YouTube, Selasa (15/6/2021).
Ibrahim pun memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif cenderung melemah pada rentang Rp14.200 - Rp14.250 pada Rabu (16/6/2021).