Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten produsen rokok diyakini membaik seiring dengan rencana pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai pada 2022.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Bisnis, otoritas fiskal tidak akan menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) yang akan berlaku tahun depan.
Sebagai konsekuensinya, pemerintah hanya menyusun tarif ideal untuk melakukan penyesuaian terhadap harga jual eceran (HJE) produk hasil tembakau atau rokok. Adapun angka kenaikan HJE yang tengah dikaji saat ini adalah berkisar 10 persen-12,5 persen.
Pertimbangan utama otoritas fiskal tidak menaikkan tarif cukai rokok adalah karena angka kenaikan yang berlaku pada saat ini sudah cukup tinggi, yakni sebesar 12,5 persen dan HJE naik hingga 35 persen.
Analis Sinarmas Sekuritas Andrianto Saputra menilai PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) akan memiliki margin normal baru yaitu di kisaran 13-15 persen. Sebelumnya, margin GGRM berada di kisaran 18 persen ke atas.
Hal itu karena daya beli konsumen akan melemah yang menyebabkan kenaikan harga jual terbatas. Selain itu, 93 persen penjualan GGRM berada di segmen non-SKT yang mengalami kenaikan paling tinggi.
Baca Juga
Andrianto pun menilai GGRM tidak akan dapat sepenuhnya meneruskan kenaikan cukai 2021 kepada konsumen. Hal itu dilakukan demi mempertahankan pangsa pasarnya, apalagi mengingat produk unggulan GGRM melayani segmen menengah ke bawah.
“Akibatnya, kami mempertahankan asumsi pertumbuhan volume penjualan turun 8,4 persen dengan kenaikan ASP 14,6 persen sehingga pendapatan diestimasikan turun 15,3 persen pada 2021,” ujar Andrianto dikutip dari riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Kamis (10/6/2021).
Dia merevisi naik peringkat GGRM menjadi neutral dari sell dengan target harga lebih rendah yaitu Rp33.300 per saham.
Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menjelaskan bahwa marjin PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) pada 2021 masih akan memburuk pada beberapa kuartal mendatang meskipun ada potensi keuntungan dari segmen SKT.
Hal itu pun seiring dengan upaya perseroan menggenjot segmen itu, salah satunya dengan meluncurkan SPT (rokok putih lintingan tangan) pertama yang diberi nama “Marlboro Crafted” pada 2020 dengan rentang harga Rp8.000 hingga Rp9.000 per bungkus.
“Meski baru hadir di pasar, kami pikir merek ini akan berkembang mengingat ekuitas merek yang kuat serta keterjangkauan harganya,” tulis Christine dikutip dari risetnya, Kamis (10/6/2021).
Mirae Asset Sekuritas mempertahankan peringkat hold untuk HMSP dengan target harga Rp1.390 per saham.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.