Bisnis.com, JAKARTA - Wacana yang digaungkan Menteri BUMN Erick Thohir yang ingin mengurangi jumlah bandara internasional dinilai dapat berdampak positif terhadap emiten maskapai di Indonesia.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai dari bandara domestik dan internasional harus diperhatikan bandara mana yang rute penerbangannya lebih banyak. Dari sana, bisa dioptimalkan penggunaannya.
"Artinya, yang namanya bandara itu untuk kegunaan penerbangan atau pengangkutan barang baik orang maupun barang melalui kargo," jelasnya kepada Bisnis, Senin (7/6/2021).
Sementara itu, jika dari sisi domestiknya lebih banyak maka bisa dipertimbangkan untuk lebih memperbanyak maupun meningkatkan penerbangan domestiknya yang mungkin biaya perawatannya maupun biaya logistiknya bisa lebih murah daripada penerbangan luar negeri yang kemungkinan belum banyak orang yang bepergian.
Di sisi lain, penerbangan maskapai seperti PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) lebih banyak menggantungkan dari mobilitas orang.
"Nah, ini yang ke depannya atau tahun ini perlu dilihat apakah sudah mulai banyak orang yang bepergian secara continue," jelasnya.
Baca Juga
Adapun, penerbangan internasional yang dibatasi bandaranya dalam keadaan normal dapat meningkatkan mobilitas penerbangan domestik sebagai penerbangan terusan dari luar negeri.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan Indonesia negara kepulauan yang mestinya fokus di penerbangan domestik.
Untuk internasionalnya hanya sebatas membantu mobilisasi dari dan ke Indonesia, banyak maskapai milik negara kecil yang melakukan bisnis penerbangan internasional, mereka tidak perlu dijadikan contoh karena bisnis modelnya berbeda.
"Mengenai kebijakan, BUMN tidak bisa berkelanjutan kalau kebijakan berubah-berubah, saya sudah banyak bicara dengan Kementerian Perhubungan, airport tidak bisa semua open sky untuk pesawat asing mendarat," ujarnya.
Menurut Erick, melihat realita Covid-19, tidak mungkin titik kedatangan internasional ke Indonesia seperti dahulu, perlu dikerucutkan.
Pandemi ini menjadi kesempatan sinkronisasi bandara, titik-titik bandara mana saja yang dibuka untuk penerbangan internasional. Nanti dari sana bisa bergeser ke 20 kota di sekitarnya dapat menggunakan Garuda Indonesia atau maskapai swasta.
"Kita ke AS hanya beberapa airport yang dibuka untuk internasional dan di China juga begitu. Kebijakan ini sangat berpengaruh ke kita," imbuhnya.