Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Minyak Dunia Diyakini Pulih Ke Level Sebelum Pandemi pada 2021

Tingkat permintaan minyak dunia diyakini akan pulih ke level sebelum pandemi virus corona dalam waktu satu tahun. Hal ini seiring dengan tren pemulihan yang kuat di AS, China, dan Eropa.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - International Energy Agency (IEA) meyakini pemulihan tingkat permintaan minyak global ke level sebelum pandemi Covid-19, akan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam laporannya pada Rabu (2/6/2021) mengatakan, tingkat permintaan minyak dunia akan pulih ke level sebelum pandemi virus corona dalam waktu satu tahun. Hal ini seiring dengan tren pemulihan yang kuat di AS, China, dan Eropa.

Proyeksi ini sedikit berubah dari estimasi yang dikeluarkan IEA sebelumnya pada Maret 2021 lalu. Dalam laporan tersebut, organisasi yang memiliki kantor pusat di Paris, Perancis tersebut memperkirakan tingkat konsumsi minyak global tidak akan pulih ke level sebelum pandemi virus corona hingga 2023.

Pandemi virus corona yang terjadi menimbulkan dampak negatif terhadap konsumsi minyak global. Pada tahun lalu, konsumsi minyak global anjlok 9 juta barel per hari atau 9 persen seiring dengan kebijakan lockdown mengurangi aktivitas ekonomi, tingkat permintaan bahan bakar, dan perjalanan udara.

Dalam laporan terbarunya, IEA memperkirakan tingkat permintaan minyak saat ini sudah 94 persen kembali ke masa sebelum pandemi. Meski demikian, prospek konsumsi ke depannya masih cukup rapuh.

Laporan tersebut juga menyebutkan, pasar minyak global kemungkinan akan mengalami shortfall pasokan pada paruh kedua tahun 2021. Kelangkaan ini terjadi seiring dengan pelonggaran kebijakan lokcdown dan kembalinya perjalanan.

“Harga minyak dapat naik lebih tinggi kecuali OPEC+ mengembalikan pasokan minyak yang ditahan selama pandemi,” jelas Birol dikutip dari Bloomberg.

Adapun, saat ini OPEC+ tengah membahas kemungkinan pengoperasian kapasitas produksi minyak yang tersisa. OPEC+ juga sedang berupaya mengembalikan pasokan minyak sebesar 2 juta barel per hari, meski demikian hal ini juga masih menyisakan sejumlah pasokan minyak yang tertahan.

“Di tengah minimnya perubahan kebijakan, dan pertumbuhan yang kuat dari AS, China, dan Eropa, kita akan melihat pelebaran jarak antara pasokan dan permintaan. Hal ini akan menimbulkan tekanan untuk harga minyak,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper