Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Cetak Rekor Tertinggi Sejak Maret 2020

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 93 sen atau 1,3 persen, menjadi menetap di US$70,25 per barel. Adapun, minyak mentah berjangka WTI AS untuk pengiriman Juli, naik US$1,40 atau 2,1 persen menjadi menetap di US$67,72 per barel.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Rabu pagi (6/2/2021) setelah minyak jenis Brent menembus level US$71 per barel atau diperdagangkan pada level tertinggi sejak Maret 2020, di tengah ekspektasi peningkatan permintaan bahan bakar selama liburan musim panas di Amerika Serikat.

Pergerakan harga minyak saat ini juga dipengaruhi oleh kesepakatan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 93 sen atau 1,3 persen, menjadi menetap di US$70,25 per barel setelah mencapai US$71 di awal sesi - harga intra-day tertinggi sejak 8 Maret 2020.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli, naik US$1,40 atau 2,1 persen menjadi menetap di US$67,72 per barel.

Perusahaan jasa pelacakan GasBuddy mengatakan permintaan bensin AS pada Minggu (30/5/2021), bertepatan dengan akhir pekan Memorial Day, melonjak 9,6 persen di atas rata-rata empat hari Minggu sebelumnya. Ini adalah permintaan di hari Minggu tertinggi sejak musim panas 2019.

Stok minyak mentah AS diperkirakan turun 2,1 juta barel pekan lalu, menurut jajak pendapat awal Reuters yang dikutip Antara. Harga minyak juga didorong oleh data China yang menunjukkan bahwa aktivitas pabrik negara itu tumbuh pada laju tercepat tahun ini pada Mei.

Namun, keuntungan dibatasi oleh ekspektasi bahwa lebih banyak produksi akan mencapai pasar.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, juga sepakat untuk melanjutkan pelonggaran pembatasan pasokan secara perlahan dalam pertemuan mereka pada Selasa (1/6/2021), sumber OPEC mengatakan, saat para produsen menyeimbangkan pemulihan permintaan yang diharapkan terhadap kemungkinan peningkatan pasokan dari Iran.

"Kesepakatan dengan Iran sangat berubah-ubah tentang apakah negara itu akan melakukan atau tidak, yang membuat pasar tegang," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

OPEC+ memutuskan pada April untuk mengembalikan 2,1 juta barel per hari (bph) pasokan ke pasar dari Mei hingga Juli, mengantisipasi meningkatnya permintaan global meskipun jumlah kasus virus Corona di India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, sangat tinggi.

"Kecuali kecurangan yang meluas berkembang atau peningkatan baru dalam kasus virus Corona global berkembang, resep sukses OPEC saat ini tampaknya mewakili rencana yang layak," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper