Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bitcoin Kembali Reli, Sempat Tembus US$40.000

Bitcoin sendiri saat ini berada sekitar US$25.000 lebih rendah dari rekor tertingginya yang ditembus pada April lalu, yakni hampir US$65.000. Akan tetapi, jika ditarik dalam rentang waktu yang lebih jauh, mata uang kripto masih membukukan pertumbuhan signifikan. Tercatat, Bitcoin telah naik 358 persen sejak tahun lalu.
Ilustrasi perdagangan Bitcoin./Istimewa
Ilustrasi perdagangan Bitcoin./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Bitcoin kembali melanjutkan relinya ke level US$40.000 seiring tren pemulihan pasca terjun bebas beberapa waktu lalu.

Seperti dilansir dari Bloomberg, aset digital terbesar itu terpantau menguat hingga level US$40.866 sebelum kembali bergerak di kisaran US$39.600 pada pukul 07.08 waktu New York, Rabu (26/5/2021)

Adapun Bloomberg Galaxy Crypto Index naik 9 persen sejalan dengan penguatan aset kripto lainnya, seperti Ether, juga naik.

Aset-aset kripto memang telah bergerak liar selama beberapa hari terakhir setelah miliarder Elon Musk memicu aksi jual dengan mengkritik konsumsi energi Bitcoin dan mengatakan Tesla Inc. menangguhkan pembayaran menggunakan token tersebut.

Hal tersebut juga ditambah dengan munculnya retorika regulasi yang keras dari China terkait cryptocurrency. Alhasil para investor yang terpengaruh dengan sentimen-sentimen tersebut melepas kepemilikannya di aset digital.

Saat koin digital mendapatkan kembali kerugian, beberapa penganut cryptocurrency mengambil perubahan terbaru dengan tenang.

Nic Carter dari Castle Island Management mengatakan Bitcoin memang terkenal akan volatilitasnya. Bahkan hal tersebut menjadi fitur mata uang kripto tersebut. Menurutnya, naik-turun harga Bitcoin telah diperkirakan sebelumnya.

“Kami melihat ada dinamina dari berita dari China, jadi tidak mengejutkan saya bahwa segala sesuatunya tetap tidak stabil,” katanya, seperti dikutip Bisnis dari Bloomberg, Rabu (26/5/2021)

Sebagai rumah bagi sebagian besar penambang kripto dunia, China telah lama menyatakan ketidaksenangan dengan anonimitas yang diberikan oleh Bitcoin dan token kripto lainnya.

Pukulan terbaru dari pemerintah China datang minggu lalu ketika negara tersebut mengulangi peringatan bahwa mereka bermaksud untuk menindak penambangan cryptocurrency sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan risiko keuangan.

Founder Sundial Capital Research Inc. Jason Goepfert mengatakan, jika melihat data secara historis, berakhirnya keperkasaan Bitcoin di atas rata-rata harga selama 200 hari ke belakang yang diikuti volatilitas yang sangat tinggi bukanlah sinyal yang positif.

“Jika kita melihat sejarahnya, jelas ini bukanlah pertanda baik,” ujar dia.

Bitcoin sendiri saat ini berada sekitar US$25.000 lebih rendah dari rekor tertingginya yang ditembus pada April lalu, yakni hampir US$65.000. Adapun lebih dari 7.000 token yang dilacak oleh CoinGecko nilainya susut US$700 miliar lebih menjadi sekitar $1,8 triliun.

Akan tetapi, jika ditarik dalam rentang waktu yang lebih jauh, mata uang kripto masih membukukan pertumbuhan signifikan. Tercatat, Bitcoin telah naik 358 persen sejak tahun lalu, kemudian Ethereum tumbuh setidaknya 1.300 persen dan Dogecoin sekitar 14.000 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper