Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain PEN, Ini Opsi Lain Selamatkan Garuda Indonesia (GIAA)

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA), kembali melakukan restrukturisasi bisnis di tengah pandemi Covid-19 demim pemulihan keuangan.
rnrnDokumentasi. Pekerja melakukan pengecekan akhir livery masker pesawat yang terpilih sebagai pemenang, sebelum peluncuran pesawat Garuda Indonesia Boing 737-800 NG bercorak khusus yang menampilkan visual masker bertema Indonesia Pride pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. /ANTARA
rnrnDokumentasi. Pekerja melakukan pengecekan akhir livery masker pesawat yang terpilih sebagai pemenang, sebelum peluncuran pesawat Garuda Indonesia Boing 737-800 NG bercorak khusus yang menampilkan visual masker bertema Indonesia Pride pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA), kembali melakukan restrukturisasi bisnis sebagai upaya untuk pemulihan keuangan.

Pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan bahwa aspek pengelolaan keuangan menjadi sangat krusial bagi seluruh perusahaan penerbangan, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.

“Dalam case GIAA karena pendanaan negara terbatas. Maka selain pinjaman modal kerja dari pemerintah, GIAA juga harus mampu memperoleh alternatif financing lainnya,” ujar Toto kepada Bisnis, Minggu (23/5/2021).

Dia menjelaskan bahwa upaya refinancing itu bisa melalui minta pengunduran waktu pelunasan obligasi seperti misal memperpanjang tenor, maupun refinancing dari mitra pemasok.

Hal itu pun seperti yang pernah dilakukan GIAA belum lama ini dengan persetujuan perpanjangan obligasi sukuk jatuh tempo.

Untuk diketahui, GIAA telah mendapatkan dana segar dari penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) atau mandatory convertible bond (MCB) yang merupakan bagian program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

GIAA itu akan menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp8,5 triliun lewat mekanisme penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement

Adapun, GIAA akan melakukan restrukturisasi bisnis yang mencakup pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen.

Upaya tersebut perlu dilakukan guna mengatasi krisis yang diakibatkan oleh pandemi virus Corona. Dari total 142 pesawat yang dimiliki, GIAA akan memangkas hanya menjadi memiliki 70 pesawat yang beroperasi.

Jumlah armada pesawat tersebut mencakup seluruh sektor usaha GIAA kecuali untuk Citilink. Irfan menyebutkan, Garuda Indonesia saat ini beroperasi dengan 41 pesawat dan tidak dapat menerbangkan armada yang tersisa karena tidak dapat membayarkan utang kepada kreditur selama berbulan-bulan.

Sebelumnya, GIAA juga mengumumkan tengah berada dalam tahap awal penawaran program pensiun dini yang efektif 1 Juli 2021 sebagai upaya penghematan biaya.

Toto menilai pengurangan jumlah SDM itu merupakan  langkah turn around yang dilakukan banyak maskapai lainnya, sehingga langkah itu cukup relevan dengan upaya membuat cost structure yang lebih ramping. “Pemilihan armada yang lebih selektif, terbatas akan menghemat ongkos biaya operasional dan perawatan,” papar Toto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper