Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BUMN Tambang PTBA, ANTM, TINS Kebut Proyek Penghiliran

Sejumlah emiten BUMN pertambangan atau anak usaha MIND ID fokus menggarap proyek penghiliran untuk memberikan nilai tambah terhadap komoditas.
Menteri BUMN Erick Thohir dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat, salah satunya mengawal kerja sama gasifikasi batu bara antara Pertamina, PTBA, dan Air Products. Istimewa
Menteri BUMN Erick Thohir dalam kunjungan kerja ke Amerika Serikat, salah satunya mengawal kerja sama gasifikasi batu bara antara Pertamina, PTBA, dan Air Products. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Tiga emiten BUMN tambang yang tergabung dalam Grup MIND ID terus mengejar ekspansi proyek penghiliran sebagai salah satu upaya menggenjot kinerja.

Terbaru, PT Bukit Asam Tbk. dan Pertamina menandatangani amandemen kerja sama dalam proyek gasifikasi batu bara dengan Air Products & Chemical Inc pada Selasa (11/5/2021) di Amerika Serikat.

Perjanjian itu sekaligus menjadi kesepakatan Processing Service Agreement atas proyek gasifikasi batu bara. Proyek itu akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari Air Products sebesar US$2,1 miliar atau setara Rp30 triliun.

Gasifikasi batu bara nantinya akan memproses 1,4 juta ton DME.

Direktur Utama Bukit Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja keras untuk segera merealisasikan pembangunan proyek gasifikasi itu.

“Kami percaya penandatanganan itu merupakan lompatan signifikan dalam perkembangan kerja sama proyek, dan kami optimis proyek ini dapat dijalankan tepat waktu,” ujar Suryo.

Berdasarkan catatan Bisnis, emiten berkode saham PTBA itu menargetkan memulai konstruksi proyek itu pada semester I/2021 dan beroperasi secara komersial pada kuartal II/2024.

Di sisi lain, Suryo menjelaskan bahwa proyek ini juga menjadi upaya perseroan untuk memperkaya portofolio bisnis.

“Kerja sama ini menjadi portofolio baru bagi perusahaan yang tidak lagi sekadar menjual batu bara, tetapi juga mulai masuk ke produk-produk hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah,” papar Suryo.

Selain itu, pada awal Mei 2021, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga telah menandatangani perjanjian pendahuluan atau heads of agreement (HoA) pengembangan bisnis pemurnian nikel di Konawe Utara dan Morowali Utara, Sulawesi Tenggara dengan Alchemist Metal Industry Pte. Ltd. dan PT Gunbuster Nickel Industry.

Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Orias Petrus Moedak menjelaskan bahwa kerjasama dengan mitra strategis mulai dari di hulu hingga hilir.

Di hulu, ANTM akan bekerjasama dengan mitra untuk melakukan operasi penambangan. Hasil produksi bijih nikel akan dijual ke smelter sesuai dengan harga patokan mineral. Di hilir, ANTM akan memiliki saham pada proyek smelter ketika pabrik beroperasi secara komersial.

“Ekosistem ini merupakan peluang bisnis baru bagi ANTAM mulai dari pengembangan proyek penambangan bijih nikel hingga proyek smelter yang menghasilkan feronikel atau nickel pig iron” ujar Orias.

Proyek pengembangan dan pengoperasian smelter terdiri dari tiga lines dengan masing-masing 45 MVA smelter nikel dan kapasitas pembangkit listrik 135 MW.

Secara terpisah, SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Yulan Kustiyan mengatakan bahwa pada tahun ini perseroan akan terus berfokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir.

“Hal itu termasuk, melakukan perluasan basis cadangan dan sumber daya dan menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada,” ujar Yulan kepada Bisnis, belum lama ini.

Selain proyek itu, ANTM juga tengah merampungkan proyek Pabrik Feronikel Haltim yang saat ini sudah mencapai 98,17 persen dan pembangunan Pabrik Smelter Grade Alumina Refinary (SGAR) di Mempawah yang memiliki kapasitas 1 juta ton SGA.

Sementara itu, PT Timah Tbk. terus mengejar penyelesaian pengembangan konstruksi smelter Ausmelt yang sudah mencapai 44 persen per Maret 2021. Konstruksi smelter itu direncanakan rampung pada akhir 2021 dan beroperasi secara komersial pada Februari 2022.

Smelter tersebut akan memiliki kapasitas produksi 40.000 ton per tahun, sehingga kapasitas produksi emiten berkode saham TINS itu meningkat menjadi 70.000 ton hingga 80.000 ton per tahun.

Adapun, total investasi pembangunan smelter tersebut mencapai US$ 80 juta dengan pendanaan menggunakan skema Export Credit Agency (ECA) dengan finvera dari Finlandia dan Indonesia Exim Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper