Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Jadi Pemberat Indeks, Saham Big Caps Ini Masih Layak Dikoleksi

Pada perdagangan Senin, (17/5/2021), indeks harga saham gabungan (IHSG) harus rela amblas ke level 5833,50 setelah terkoreksi 1,76 persen dari posisi terakhir sebelum libur Lebaran.
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Saham-saham berkapitalisasi jumbo menjadi pemberat laju indeks di pekan pertamanya pascalibur Idulfitri 2021. Meskipun demikian, sejumlah saham big caps dinilai masih menarik dan layak dikoleksi. Pada perdagangan Senin, (17/5/2021), indeks harga saham gabungan (IHSG) harus rela amblas ke level 5833,50 setelah terkoreksi 1,76 persen dari posisi terakhir sebelum libur Lebaran.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan saham-saham berkapitalisasi besar seperti BBRI, TPIA, EMTK, BRIS, HMSP, dan BRPT yang kompak memerah hari ini menjadi penekan utama laju indeks komposit.

Sebagai gambaran, BBRI dengan kapitalisasi pasar Rp481,05 triliun terpantau turun 2,26 persen, kemudian TPIA yang memiliki kapitalisasi pasar Rp146,68 triliun turun 5,73 persen, dan HMSP dengan market cap Rp145,98 triliun turun 3,46 persen.

“IHSG diberatkan saham-saham big caps,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Senin (17/5/2021).

Di sisi lain, Anugerah menilai sentimen yang menyelimuti indeks juga cenderung negatif. Terlihat dari bursa saham Asia yang ditutup beragam atau mixed dengan kecenderungan melemah pada Senin sore. Dia menjelaskan, kinerja tersebut cerminan dari investor yang merespon rilis data ekonomi Amerika Serikat akhir pekan lalu dan rilis data ekonomi China pagi ini yang dianggap mengecewakan.

Tercatat, penjualan ritel di AS tidak tumbuh selama bulan April setelah melonjak 10,7 persen secara bulanan pada Maret lalu. Di saat yang sama data produksi industri AS melambat menjadi hanya 0,7 persen secara bulanan dari sebelumnya 2,4 persen.

Sementara itu, data produksi industri pertumbuhan di China melambat menjadi 9,8 persen secara tahunan (yoy) pada April. Padahal sebelumnya dapat mencapai 14,4 persen (yoy) pada Maret.

Lebih lanjut, data penjualan ritel China pada April hanya meningkat 17,7 persen (yoy) di bulan April, jauh lebih rendah dari estimasi peningkatan 24,4 persen dan turun dari lompatan 34,2 persen di bulan Maret.

Anugerah mengatakan data-data tersebut memberi gambaran bahwa meskipun China masih menjadi mesin pendorong pertumbuhan bagi ekonomi global, ekspansi ekonomi China sendiri mungkin sudah mulai kekurangan tenaga.

Dia menuturkan, sentimen negatif juga datang dari lonjakan kasus penularan Covid-19 di Asia, terlihat dengan Taiwan dan Singapura mulai menghadapi ledakan jumlah kasus penularan secara domestik.

Begitu pula dengan Thailand yang melaporkan kenaikan tiga kali lipat pada jumlah kasus penularan sejak awal bulan April. Pun, pekan lalu Jepang dan Malaysia kembali memberlakukan kebijakan lockdown.

Adapun, selama sepekan ke depan Anugerah menyebut investor masih akan mencermati rilis neraca dagang dan neraca transaksi berjalan Indonesia, juga menanti keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan ini.

Di lain pihak, meski menjadi pemberat laju indeks, Anugerah menyebut sejumlah saham big caps masih menarik dan layak dikoleksi oleh investor, terutama saham-saham yang secara valuasi masih menarik dari indikator PE/PBV dan fundamental yang baik.

Beberapa saham yang direkomendasikan antara lain ICBP (TP: 12100), INDF (TP: 8750), BMRI (TP: 8020), BBNI (TP: 7300), dan TLKM (TP: 4100). 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper