Bisnis.com, JAKARTA - Harga sejumlah sejumlah logam industri ikut melemah akibat upaya Pemerintah China melakukan intervensi pasar untuk mengendalikan lonjakan harga bijih besi.
Di bursa London, pada penutupan perdagangan Kamis (13/5/2021) harga tembaga melemah 0,99 persen, harga aluminium turun 1,17 persen, dan harga timah terkoreksi 1,53 persen.
Harga komoditas tersebut mengekor harga harga bijih besi yang turut melemah. Di bursa Dalian menutup perdagangan Jumat (14/5/2021) melemah 3,6 persen, melanjutkan koreksi 9 persen daripada perdagangan Kamis.
Sementara itu, harga bijih besi di bursa Singapura pada perdagangan Jumat (14/5/2021) sempat terkoreksi hingga 11 persen ke level US$187,1 per ton, sebelum diperdagangkan di kisaran level US$194,3 per ton pada pukul 14.19 waktu Singapura.
Sepanjang tahun berjalan 2021, harga bijih besi masih menguat hingga 47,18 persen. Harga bijih besi di bursa Singapura menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah di kisaran US$226 per ton pada awal pekan ini, Senin (10/5/2021).
Analis Shanghai East Futures Co. Wang Yue mengatakan bahwa sentimen harga bijih besi sangat fluktuatif saat ini dan penurunan tajam yang terjadi dalam dua hari perdagangan terakhir disebabkan oleh upaya Pemerintah China untuk mengendalikan harga beberapa komoditas yang sudah terlampau mahal.
Baca Juga
“Logam besi telah jatuh sejak Perdana Menteri Li Keqiang berjanji untuk mengendalikan lonjakan harga komoditas pada awal pekan ini, yang menunjukkan pemerintah sangat prihatin tentang dampak pada profitabilitas produsen,” ujar Wang Yue dikutip dari Bloomberg, Jumat (14/5/2021).
Pemerintah daerah Tangshan, kota yang menyumbang 14 persen dari produksi baja China, mengumumkan akan menindak dengan tegas para produsen besi yang mengatrol margin terlalu besar di tengah kenaikan harga komoditas dunia.
Di sisi lain, upaya Pemerintah China untuk mengendalikan lonjakan harga komoditas, terutama logam industri, juga untuk menekan emisi karbon yang dalam beberapa bulan terakhir meningkat.
Hal itu lantaran harga komoditas yang naik telah mendorong para produsen menaikkan kapasitas produksinya untuk mendulang keuntungan yang lebih banyak.
Oleh karena itu, Pemerintah China akan melakukan sejumlah inspeksi untuk memangkas kapasitas produksi baja di sejumlah daerah.