Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Jumat (7/5/2021) setelah Amerika Serikat mencatatkan penurunan pertumbuhan lapangan kerja yang tak terduga.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, menguat US$15,6 atau 0,86 persen dan ditutup pada UJS$1.831,30 per troy ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (6/5/2021), harga emas berjangka melambung 31,4 poin atau 1,76 persen ke US$1.815,70.
Kepala analis pasar Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan dengan angka tenaga penuh belum tercapai, imbal hasil akan tertekan dan dolar AS juga turun. Hal ini membuat emas melonjak.
“Tetapi reli emas mungkin berumur pendek karena data pekerjaan bulan depan bisa menunjukkan lonjakan," tambah Streible.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan pekerjaan besar bulanannya, yang menunjukkan hanya 266.000 pekerjaan baru yang dibuat pada April, jauh lebih buruk dari yang diharapkan, dengan pemberi kerja kemungkinan besar frustrasi oleh kekurangan tenaga kerja saat ekonomi dibuka kembali.
Sedangkan tingkat pengangguran naik menjadi 6,1 persen dari 6,0 persen.
Para ekonom telah memperkirakan sebanyak satu juta pekerjaan baru AS untuk April, menambah kenaikan pada Maret sebesar 916.000. Itu membuat apa yang dilaporkan Departemen Tenaga Kerja mengecewakan banyak orang.
"Laporan ini setidaknya untuk sementara memberikan sedikit air dingin pada gagasan Federal Reserve (Fed) mungkin dipaksa untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan banyak orang," kata Analis Senior Kitco Metals Jim Wyckoff dalam sebuah catatan.
Harga emas bisa didorong menuju US$1.857, diikuti oleh level resistensi US$1.925, ungkap Edward Moya, Analis Pasar Senior di OANDA.