Bisnis.com, JAKARTA - PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), emiten yang bergerak dibidang peralatan dan perlengkapan medis, menganggarkan belanja modal Rp 250 miliar– Rp300 miliar pada 2021.
Jumlah itu naik signifikan dibandingkan anggaran belanja modal rutin perseroan yang sebesar Rp20 miliar–Rp25 miliar per tahun. Lonjakan belanja modal tersebut disebabkan dimulainya langkah transformasi bisnis perseroan untuk masuk ke bisnis manufacturer, clinical laboratory, dan e-health services.
Direktur Utama Itama Ranoraya Heru Firdausi Syarif menjelaskan transformasi tersebut akan memperkuat posisi perseroan di sektor kesehatan tidak hanya sebagai distributor alat kesehatan, tetapi juga sebagai produsen dan sampai ke jasa layanan kesehatan.
“Pelaksanaannya akan berjalan paralel, baik untuk akuisisi PT Oneject Indonesia (Oneject) maupun investasi di layanan jasa kesehatan (Klinik laboratorium)," papar Heru dalam keterangan resmi, Kamis (6/5/2021).
Perseroan memperkirakan dalam 2 tahun kedepan (2021 – 2022) akan memiliki anggaran belanja modal jumbo seiring dengan realisasi proses transformasi bisnis perseroan yang ditargetkan bisa selesai tahun depan.
Realisasi dari hasil transformasi bisnis baru mulai terefleksi penuh pada performa buku tahun 2022, sehingga tahun ini pertumbuhan perseroan masih bersumber dari bisnis eksisting. Namun, pada 2022 pertumbuhan perseroan akan didukung oleh bisnis manufacturer, clinical laboratory, dan e-health services.
Baca Juga
“Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan di kisaran 80 persen-100 persen, setelah tahun lalu kami bisa tumbuh di level yang sama. Transformasi bisnis ini adalah cara kami bisa menjaga ritme pertumbuhan perusahaan bisa tetap tinggi kedepannya," tambah Heru.
Terkait dengan sumber pendanaan, Direktur Keuangan Itama Ranoraya Pratoto Raharjo menyampaikan perseroan memiliki banyak opsi seperti pinjaman perbankan, penerbitan surat utang maupun penggunaan saham treasury.
Pada April 2021, IRRA baru mendapat pinjaman perbakan pertama kami untuk modal kerja, dan masih punya ruang leverage untuk peningkatan pinjaman. Perseroan juga masih memiliki saham treasuri sebanyak 100 juta lembar yang stand by sebagai sumber pendanaan.
“Kami sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk rencana pendanaan melalui pinjaman, selain itu kami masih memiliki saham treasury. Jadi untuk kebutuhan belanja modal bisa dipenuhi,” imbuhnya..
Pratoto menambahkan dengan melihat alokasi belanja modal terbesar adalah untuk akuisisi tentu dampaknya bisa langsung memberikan penambahan pendapatan perseroan, sehingga kenaikan utang disertai dengan kenaikan laba.
“Alokasi belanja modal untuk akuisisi bisnis atau perusahaan yang sudah menghasilkan kategorinya incremental cashflow, jadi untuk akuisisi Oneject (sisters company) maupun pembukaan klinik laboratorium tidak hanya size aset dan pendapatan yang meningkat namun laba yang diperoleh begitu juga dengan pertumbuhannya,” jelas Pratoto.