Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup naik tipis pada sesi perdagangan Kamis (22/4/2021), setelah sempat tertekan akibat perpanjangan pembatasan perjalanan pada 22 April-24 Mei 2021.
Pada pukul 11.30 WIB akhir sesi I, IHSG turun 0,16 persen atau 9,46 poin menjadi 5.983,78. Indeks yang dibuka menghijau sempat menyentuh level tertinggi 6.024,94. Namun, sekitar pukul 10.00 WIB indeks berbalik menurun dan terjun ke zona merah.
Hingga akhir sesi II pukul 15.00 WIB, IHSG ditutup naik tipis 0,02 persen atau 0,94 poin menadi 5.994,18. Sepanjang hari ini, indeks bergerak di rentang 5.980,45-6.024,94.
Sejumlah 194 saham menguat, 297 saham melemah, dan 157 saham stagnan. Total transaksi mencapai Rp8,49 triliun jelang penutupan dengan aksi jual bersih investor asing Rp179,22 miliar.
Saham TAPG lagi-lagi menjadi sasaran jual asing dengan net sell Rp205,4 miliar. Namun, saham TAPG naik 4,9 persen menuju Rp750.
Sementara itu, sejumlah saham perbankan jumbo menjadi sasaran jual investor asing seperti BBRI dengan net sell Rp121,4 miliar, dan BMRI Rp24,3 miliar. Saham BBRI turun 0,71 persen ke Rp4.200, saham BMRI ditutup stagnan di Rp6.125.
Di sisi lain, investor asing mengejar saham ASII dengan net buy Rp160,3 miliar. Saham ASII naik 4,31 persen menuju Rp5.450.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan kemungkinan besar penyebab indeks komposit sempat berbalik melemah adalah keputusan pemerintah untuk memperketat aturan mudik dengan memperpanjang masa pengetatan perjalanan menjadi 22 April—24 Mei 2021.
“Sepertinya itu sentimen utama karena sentimen eksternal semua positif. Kemungkinan masih melemah juga di sesi kedua,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (22/4/2021)
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan perpanjangan masa larangan mudik memang turut menjadi sentimen negatif yang membuat indeks kembali ke zona merah.
Nafan menilai pasar juga masih menanti reshuffle kabinet yang dikabarkan akan terjadi hari ini dan memerhatikan perkembangan kasus Covid-19 baik di dalam negeri maupun secara global.
“Juga minimnya data makro ekonomi global maupun domestik yang memberikan high positive impact terhadap pasar dan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 menjadi 4,1 persen-5,1 persen dari sebelumnya sebesar 4,3 persen-5,3 persen oleh BI,” pungkas Nafan.