Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyebutkan stagnasi proses divestasi pada 2020 menyebabkan beban utang perseroan menumpuk.
Dengan demikian, perseroan terus berupaya meyakinkan kreditur baik bank maupun nonbank untuk memberikan restrukturisasi. Sembari itu, perseroan juga berkomitmen mempercepat proses divestasi pada 2021.
Presiden Direktur Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan pihaknya membutuhkan restrukturisasi agar tersedia cukup waktu dalam memenuhi kewajiban.
“Karena kalau tidak, maka semua beban akan terkumpul di depan dan ini yang terjadi di 2020, sehingga menjadi beban yang besar. Proses restrukturisasi kami ajukan kepada kreditur supaya ini memperingan beban Waskita saat ini,” kata Destiawan pekan lalu.
Destiawan juga mengatakan pandemi Covid-19 pada 2020 telah membuat investor menunda keputusan investasi di ruas-ruas jalan tol Waskita Karya yang akan didivestasikan. Padahal, tahun lalu emiten dengan kode saham WSKT ini menargetkan ada 5 ruas jalan tol yang akan dilepas.
Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik menambahkan bahwa perseroan terus mengupayakan restrukturisasi tidak hanya dari sisi keuangan tetapi juga secara organisasi dan bisnis.
Baca Juga
Khusus untuk keuangan, lanjut Taufik, tekanan likuiditas yang tinggi terhadap WSKT sementara neraca keuangan perseroan masih tertutupi aset membuat proses pemenuhan kewajiban menjadi rumit.
“Juga terjadi ketidaksamaan jatuh tempo utangnya, kemudian perolehan pembayaran dari divestasi juga mungkin tertunda. Ini perlu dicocokkan,” uajr Taufik.
Adapun, saat ini WSKT tengah memproses permintaan restrukturisasi kepada kreditur baik perbankan maupun nonbank. Secara grup, Taufik menunjukkan diskusi restrukturisasi itu melibatkan hingga 52 bank.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami bisa sepakati sehingga akhirnya tekanan likuiditas itu menjadi kendor dan kami bisa fokus,” imbuh Taufik.