Bisnis.com, JAKARTA — Emiten media milik Bakrie Group, PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) kian optimistis untuk menggenjot bisnis perseroan seiring dengan posisi utang yang semakin tipis.
Presiden Direktur VIVA Anindya Novyan Bakrie mengatakan saat ini kondisi keuangan perseroan dalam posisi yang sangat sehat pascadivestasi yang dilakukan anak usahanya, PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA).
Diketahui, VIVA belum lama ini melepas 39 persen kepemilikan sahamnya di perusahaan yang merupakan induk stasiun televisi ANTV tersebut, dalam rangka untuk pelunasan utang perseroan.
“Balance sheet VIVA berubah total karena kita melakukan divestasi tersebut, dan divestasi ini dilakukan dengan harga yang cukup baik untuk VIVA yakni Rp158 per saham sehingga membuat tubuh VIVA sangat sehat,” tutur Anindya dalam sesi daring, Senin (5/4/2021)
Dia menyebut dari aksi perusahaan tersebut book equity atau nilai ekuitas perseroan meningkat menjadi Rp3,8 triliun dan perseroan memiliki capital gain sebesar Rp2,6 triliun yang akan digunakan untuk mengembangkan bisnis.
Adapun, sisa utang grup VIVA yang tercatat tinggal sebesar Rp960 miliar dan masuk dalam buku MDIA. Perseroan juga tengah dalam proses untuk melunasi sisa utang tersebut menggunakan fasilitas pinjaman perbankan.
Baca Juga
“Ini membuat VIVA jadi debt free. Jadi kita bisa bilang sudah reset dan ready to reloaded,” imbuhnya.
Sebagai gambaran, setelah divestasi debt to equity ratio VIVA berubah dari 15,8 kali menjadi 0,2 kali. Kemudian debt to EBITDA ratio juga mengecil dari 20,5 kali menjadi 1,9 kali dan interest coverage ratio berubah dari 0,3 kali menjadi 6,2 kali.
Seiring dengan kondisi kas yang sehat, Anindya menuturkan VIVA akan melakukan pivot model bisnis, dari yang semula hanya mengandalkan bisnis free to air television (FTA TV) menjadi fokus pada digital dan konten.
Menurutnya, meski televisi masih menjadi media utama dalam beberapa tahun ke depan, tak bisa dipungkiri pertumbuhan digital juga sangat pesat. Untuk itu pihaknya akan melakukan kolaborasi keduanya.
“TV ini memiliki jangkauan yang sangat panjang dan mungkin 10 tahun ke depan jangkauan tv masih sulit direplikasi digital atau internet sevice, tapi kelemahan TV dia nggak punya engagement dan activation, ini yang akan kita ubah dari model bisnis 10 tahun ke depan,” tutur Anindya.
Salah satunya, perseoan berencana mendirikan perusahaan digital pada tahun 2021 ini sebagai langkah transformasi bisnis, termasuk kerja sama jangka panjang dengan provider digital platform untuk mengembangkan lini digital perseroan.