Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah faktor diperkirakan masih menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (6/4/2021).
Pada akhir sesi Senin (5/4/2021), IHSG turun 0,68 persen atau 41,71 poin menjadi 5.970,28. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 5.964,48-6.051,62.
Hendri Widiantoro, Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas, menyampaikan transaksi pasar saham volumenya relatif sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari pedagangan.
Indeks dibebani oleh sektor Property (-1,499%), Finance (-0,944%), Consumer (-0,829%), Mining (-0,704%), Infrastructure (-0,639%), Manufacture (-0,468%), Basic Industry (-0,227%), Agriculture (-0,196%), Trade (-0,123%), kendati ditopang oleh sektor Miscellaneous Industry (0,081%).
Investor perlu mencermati data ekonomi yang akan rilis yaitu data dari China Caixin Service dan Composite PMI pada bulan Maret dan data dari Euro Area mengenai tingkat pengangguran pada bulan Februari.
"Beberapa faktor yang memicu penurunan IHSG ini antara lain, pertama, karena adanya kenaikan dari yield obligasi AS yang mana hal tersebut menandakan bahwa harga obligasi sedang terjadi penurunan sehingga yield obligasi mengalami kenaikan," paparnya dalam publikasi riset, Senin (5/4/2021).
Baca Juga
Hal tersebut terjadi karena adanya optimisme investor mengenai pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat seiring dengan bertambahnya stimulus yang diberikan oleh pemerintah sebagai langkah dari penanganan dari dampak Covid-19.
Oleh karena itu, investor lebih berani untuk menaruh dananya di aset berisiko seperti saham. Faktor tersebut yang memicu terjadinya outflow dari pasar saham Indonesia.
"Selain terhadap indeks, pengaruh outflow ini juga terasa di nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS," imbuhnya.
Faktor kedua, yang memicu penurunan IHSG, yakni adanya fokus para pelaku pasar mengenai stimulus belanja infrastruktur pemerintah Amerika Serikat senilai US$2 triliun, yang diperkirakan akan disetujui oleh kongres.
Joe Bidden juga berencana untuk menaikkan pajak beberapa perusahaan Amerika Serikat senilai 28 persen dari sebelumnya 21 persen, sehingga turut memengaruhi IHSG.
Dari dalam negeri sendiri minim sekali sentimen untuk mendorong pergerakan IHSG kembali ke zona hijau. Pada minggu ini data yang akan rilis hanya cadangan devisa dan penjualan ritel di bulan Maret.
Jika melihat dari angka inflasi yang mengalami penurunan tipis dan PMI Manufacturing yang mengalami ekspansi cenderung menguat, maka penjualan ritel diperkirakan mengalami penguatan walaupun tidak signifikan.
Secara umum masyarakat masih cenderung belum melakukan belanja secara normal yang terlihat dari masih rendahnya angka inflasi pada bulan sebelumnya.
Indeks pada perdagangan hari ini ditutup melemah ke level 5.970. Investor asing melakukan aksi jual masif pada pasar setelah pre clossing terjadi.
Indeks nampak masih menguji level support lower band 5.950. Apabila lowerband ini tertembus, ada tendensi bagi pergerakan pelemahan IHSG terjadi kendati saat ini indeks sudah berada pada fase jenuh jual.
Indeks pada Selasa (6/4/2021) diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi pada rentang pergerakan 5.930-6.000. Saham-saham yang dapat dicermati meliputi ITMG, BJBR, ASSA, dan LPPF.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.