Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Gudang Garam (GGRM) Naik pada 2020, Tapi Laba Tergerus

GGRM mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 3,57 persen, namun beban pokok penjualan naik lebih besar.
Warga melintas di depan kantor pusat pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/8)./Antara-Prasetia Fauzani
Warga melintas di depan kantor pusat pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/8)./Antara-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mencatatkan peningkatan pendapatan sepanjang 2020. Kendati demikian, laba bersihnya tergerus beban yang meningkat.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, Rabu (31/3/2021), emiten bersandi GGRM ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp114,47 triliun, meningkat Rp3,95 triliun atau naik 3,57 persen dari pendapatan pada 2019 yang sebesar Rp110,52 triliun.

Sayangnya, beban biaya pokok penjualan juga meningkat menjadi Rp97,08 triliun naik Rp9,34 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp87,74 triliun. Kenaikan biaya pokok penjualan tersebut membuat laba bruto menjadi Rp17,38 triliun turun dari saat 2019 yang mencapai Rp22,78 triliun.

Walhasil, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp7,64 triliun atau 29,19 persen dari laba pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp10,88 triliun.

Dengan demikian, laba per saham dasar dan dilusian atau earning per share pun turut tergerus menjadi Rp3.975, sementara saat 2019 dapat mencapai Rp5.655.

Sementara itu, total aset perseroan mengalami sedikit penurunan menjadi Rp78,19 triliun dari tahun 2019 yang sebesar Rp78,64 triliun.

Dengan rincian, kenaikan aset tidak lancar menjadi Rp28,65 triliun dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp26,56 triliun. Sementara total aset lancar tergerus menjadi Rp49,53 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp52,08 triliun.

Dari sisi liabilitas, GGRM mencatatkan penurunan total liabilitas menjadi Rp19,66 triliun turun 29 persen dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp27,71 triliun.

Penurunan tersebut terutama karena penurunan liabilitas jangka pendek menjadi Rp17 triliun daripada tahun 2019 yang sebesar Rp25,25 triliun. Dengan penurunan terbesar terjadi pada pinjaman bank jangka pendek yang turun menjadi Rp6 triliun dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp17,21 triliun.

Sementara utang cukai, PPN dan pajak rokok mengalami peningkatan menjadi Rp9,05 triliun naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,08 triliun.

Adapun, liabilitas jangka panjang meningkat menjadi Rp2,65 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp2,45 triliun. Dengan peningkatan terjadi pada liabilitas imbalan pasca kerja.

Adapun total ekuitas perseroan meningkat menjadi Rp58,52 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp50,93 triliun.

Sementara itu, posisi kas dan setara kas meningkat menjadi Rp4,76 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp3,45 triliun. Dari pos ini terlihat perseroan melakukan pembayaran pinjaman jangka pendek cukup tinggi sebesar Rp20,6 triliun dengan penarikan pinjaman jangka pendek sebesar Rp9,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper