Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volatilitas Tinggi, Harga Minyak Masih Tertekan Pekan Ini

Harga minyak di New York hampir tidak bergerak minggu ini menyusul penerapan kembali lockdown di sejumlah wilayah, yang dampak kemacatan di Terusan Suez.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah di New York hampir tidak bergerak minggu ini menyusul penerapan kembali lockdown di sejumlah wilayah, yang meredam dampak dari kemacatan di Terusan Suez.

Melansir Bloomberg, Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun kurang dari 1 persen pekan ini di level US$60,97. Sementara minyak mentah Brent menghentikan penurunan mingguan berturut-turut.

Volatilitas pasar minyak mencapai level tertinggi sejak November setelah harga bergerak fluktuatif dari naik hampir 6 persen dan hingga anjlok nyaris 5 persen pekan ini. Hal ini dikarenakan pelaku pasar mengkalibrasi ulang posisi mereka setiap harinya.

Sementara masih ada optimisme rebound permintaan global dalam jangka panjang, perkembangan seputar lockdown di Eropa dan meningkatnya jumlah kasus memperburuk permintaan. Hal tersebut menandakan reli harga terlalu jauh atau terlalu cepat.

Goldman Sachs Group Inc. mengatakan penurunan minyak mentah dalam beberapa pekan terakhir telah melampaui fundamental pasar, dan permintaan masih akan meningkat tajam selama musim panas di belahan bumi utara.

"Setelah permintaan kembali, kami dapat mulai melihat harga menuju ke US$70, US$80 atau bahkan hingga superspike," kata CEO InfraCap Jay Hatfield di New York, dikutip Bloomberg Sabtu (27/3/2021).

Sementara itu, lalu lintas Terusan Suez masih tertutup karena upaya untuk mengeluarkan kapal kontainer besar yang kecelakaan dan menghalangi diperkirakan akan memakan waktu setidaknya hingga Rabu.

Harga minyak baru-baru ini berada di bawah tekanan baru di tengah melemahnya permintaan fisik, penguatan dolar, dan pelepasan posisi buy. Peningkatan volatilitas selama dua minggu terakhir telah dirasakan di seluruh pasar minyak.

Minat terbuka gabungan di WTI dan Brent telah jatuh hampir 7 persen ke level terendah sejak Januari, harga produk olahan juga telah tergelincir dari level tertinggi yang dicapai setelah deep freeze bulan lalu. Sementara itu, struktur pasar minyak mentah melemah.

"Pemotongan harga minyak bulan ini menyebabkan CTA dan dana risk-parity mengalami de-leverage secara serempak dan minggu ini tidak terkecuali," kata  komoditas Rabobank Ryan Fitzmaurice.

"Dinamika ini terlihat jelas dari data minat terbuka agregat di minyak, yang mulai menurun minggu lalu dan berlanjut hingga minggu ini, sebagian besar karena penjualan dan penyeimbangan kembali portofolio ini," tambahnya.

Meskipun melemah pekan ini, harga minyak telah naik sekitar 25 persen sepanjang 2021. Selain itu, ada keyakinan dalam prospek jangka panjang karena tingkat vaksinasi naik dan OPEC+ menjaga pasokan tetap terkendali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper